Friday, November 28, 2008

Sukhoi Uji Coba Drag Chute

MAKASAR - Sejak Rabu (26/11) lalu Dislitbang AU tengah melaksanakan uji coba drug chute buatan Dislitbang AU dengan ketua team Kolonel Sus Drs. Mukrodji MM, pelaksanaan uji coba dilaksanakan 3 sortie dengan menggunakan pesawat Su-30MK dengan penerbang Mayor penerbang Untung dan Mayor penerbang Dedy Ilham. PENTAK LANUD HASANUDDIN

Pesawat Nir-Awak Buatan Indonesia (I)


Pelatuk, UAV buatan BPPT

Bangga bercampur haru saat saya ikut technical presentasi yang diberikan PT. Aviator Teknologi Indonesia (PT.ATI) diacara Indo-Defense 2008 lalu. Bagaimana tidak, teknologi yang mestinya sudah kita kuasai 15 tahun lalu kini sudah diwujudkan. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.

Sebenarnya penelitian dan pengembangan (Litbang) sudah cukup lama dilakukan, yakni dari tahun 2000 yang dirintis pertama kali oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Salah satu perusahaan yang ikut digandeng BPPT adalah PT.ATI.

Hingga kini kerjasama masih terjalin, terutama dalam hal sarana dan prasarananya. Seperti perangkat keras serta system yang digunakan di pesawat nir-awak ini. Prototype pertama PT.ATI pernah diperkenalkan di penghujung tahun 2005, dengan menampilkan pesawat TUAV (Tactical Unmaned Aerial Vehicle) pertamanya. Smart Eagle I.

Hasil Litbang BPPT pun kini sudah menunjukkan hasil yang menggembirakan dengan telah dibuatnya beberapa prototype PUNA (Pesawat Udara Nir-Awak), sampai dengan sekarang sudah ada 10 unit dengan tiga varian yang dibuat. Yakni varian Pelatuk, Gagak dan Wulung, dengan kelebihan masing-masing.


UAV Gagak

PUNA

Banyak kemajuan pesat dari perkembangan PUNA sampai dengan saat ini, salah satunya kemampuan terbang terintegrasi (oto-pilot). Dimana heading, bearing, ketinggian dan lain sebagainya bisa di input-by-system kedalam 'otak' PUNA.

Selain itu unit Ground-Control-station juga mampu mengendalikannya secara manual hingga melewati garis batas horison, sekitar 40-60Km. Rencananya tahun 2009 nanti jarak jangkau PUNA akan ditingkatkan hingga mencapai 120Km dengan ketinggian operasional hingga 2.300 meter.

Berkat kemampuannya ini PUNA dikatakan cocok untuk misi pengintaian, pemotretan atau kegiatan militer lainnya.

PUNA ditenagai oleh mesin 'Limbach' buatan Jerman berbahan bakar Oktan tinggi (Pertamax Plus), dengan kapasitas tangki hingga 40 liter. Dalam uji cobanya, untuk 1 jam terbang memerlukan konsumsi bahan bakar sekitar 9 liter.

Smart Eagle

Produk UAV PT.ATI lebih dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan Militer, seperti : real-time-intelegence, surveillance, reconnaissance, target acquisition, artilery support dan lainnya. Salah satu andalannya adalah TUAV Smart Eagle II (SE II).


TUAV Smart Eagle II

Berbeda dengan pendahulunya, SE II jauh lebih baik performanya bahkan dengan PUNA sekalipun. Jarak jangkau operasionalnya mencapai 150Km dari Base-station. Begitu pula desain, sistem komunikasi dan kendali, mobilitas, payload, operational-cost serta sangat mudah pengoperasiannya.

Secara garis besar UAV pisahkan dalam tiga bagian, yakni wahana udara (air vehicle), muatan (payload), dan stasiun pengendali (ground control station). Ketiga bagian ini kini makin disempurnakan, terutama dalam hal engine dan perangkat elektronisnya.

SE II menggunakan mesin 2 tak berdiameter 150cc, dengan tingkat kebisingan rendah. Untuk kapasitas tangki penuh bahan bakar SE II mampu terbang hingga 6 jam.

Perangkat elektronispun tak kalah lengkapnya, selain perangkat avionik penerbangan SE II juga dilengkapi dengan color TV camera dengan kapabilitas pembesaran gambar yang lebih baik dan jelas. SE II juga mampu beroperasional di malam hari dengan menggunakan Thermal Imaging System (TIS) Camera untuk opsi penginderaannya.



Panjang badan SE II mencapai 3,6 meter, rentang sayap 4,8 meter dan tinggi (dari permukaan tanah hingga ujung sirip ekor sekitar 1 meter. Dengan bobot kosong 65Kg dan bobot maksimum tinggal landas (maximum take-off weight) 100Kg, dengan mengusung beban muatan seberat 20Kg

Tempo terbang SE II mencakup dua jam menuju dan pulang dari tempat operasi serta empat jam untuk beraksi. Bermodal bahan bakar bensin sebanyak 20 liter/ 15Kg, SE II mampu terbang setinggi 30Km dengan kecepatan jelajah normal (cruise speed) 120Km/jam. Namun dalam kondisi darurat kecepatan terbang SE II dapat digenjot hingga 150Km/jam agar bisa menjangkau lokasi sejauh 300 kilometer.

Copyright @lutsista

Perencanaan Dephan Belum Optimal

PERENCANAAN Pertahanan Departemen Pertahanan (Dephan) dan TNI dianggap belum optimal. Selama ini belum ada program dan penganggaran rencana yang matang dan jelas. Rencana dibuat hanya berdasarkan anggaran yang diterima pada tahun berjalan.

"Harusnya ada gambaran besar kekuatan pertahanan dibangun berdasarkan apa, butuh apa, dan mana yang lebih diutamakan," kata Pengamat Militer Jaleswari Pramodhawardhani saat diskusi di kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Jakarta, Kamis (27/11).

Dia mencontohkan, Dephan selalu mengatakan anggaran ideal pertahanan sekitar Rp100 triliun. Jaleswari mempertanyakan dari mana patokan munculnya jumlah tersebut. Masalahnya, sampai saat ini pun, belum ada kajian berapa gaji dan tunjangan ideal bagi prajurit TNI. Berbeda dengan Polri yang pernah mengungkapkan bahwa kesejahteraan minimal anggota polisi mencapai Rp7 juta per bulan.

"Kalau dari gaji saja belum ada hitungan, apa lagi yang lain," katanya.

Karena itu, dia meminta Dephan memaksimalkan dana yang sudah ada. Terlebih, dua tahun terakhir anggaran pertahanan semakin turun. Anggaran pertahanan 2009 realisasinya hanya Rp32 triliun. Dipotong 3,9 persen oleh Departemen Keuangan (Depkeu) dari anggaran yang sudah disetujui sebelumnya. Jumlah ini berkurang Rp2 triliun dari tahun sebelumnya.

Awal pekan ini, Dephan meminta TNI mengevaluasi pengadaan senjata dan perekrutan personel baru di jajarannya. Langkah ini menjadi antisipasi strategi pengamanan anggaran pertahanan 2009 menyusul dinamika krisis global.

"Hasil evaluasi diserahkan secepatnya karena sudah mepet," kata Sekretaris Jenderal Dephan Letjen Sjafrie Sjamsoeddin.

Dia menjelaskan, Dephan menetetapkan rambu-rambu pembatasan sesuai platform anggaran yang tersedia. Untuk fasilitas kredit ekspor yang sudah berjalan, Dephan akan tetap memperjuangkan realisasinya. Sjafrie mencontohkan, pengadaan enam Sukhoi dari Rusia yang kini sedang dalam proses akhir.

Hanya saja, tambah dia, untuk belanja senjata yang akan datang TNI diminta menyesuaikan prioritas. "Sehingga anggaran yang ada saat ini bisa memenuhi kebutuhan mereka," katanya.

Tak hanya itu, Dephan juga mengambil kebijakan mengurangi rekrutmen prajurit sesuai anggaran yang tersedia. Menurut Dirjen Perencanaan Pertahanan Dephan Laksda Gunadi, dana untuk gaji dan tunjangan pegawai pertahanan mencapai Rp19 triliun per tahun. Artinya, hampir 70 persen dari total anggaran.

"Dana terus turun sehingga perlu ada efisiensi belanja pegawai," katanya.

Dia menjelaskan, membengkaknya gaji tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang memperpanjang usia pensiun prajurit TNI pada 2004 lalu. Tamtama dan Bintara yang sebelumnya pensiun umur 48, menjadi 53 tahun. Begitu pula dengan perwira yang usia pensiunnya menjadi 58 tahun, dari sebelumnya 55 tahun.

Gunadi mengatakan, meski anggaran terus turun ada lima hal yang tidak boleh dkurangi. Antara lain, gaji pegawai, pembayaran operasional dan pemeliharaan minimum, kegiatan prioritas nasional, pinjaman hibah luar negeri, dan peningkatan kemampuan personel.

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing juga membuat Dephan berupaya memangkas proses kredit ekspor. Menurut Dirjen Sarana Pertahanan Dephan Marsda Eris Herryanto, selama ini dibutuhkan 32 bulan untuk menyelesaikan kredit ekspor. Akibat lamanya waktu, sering kali teknologi jadi tertinggal. Harga senjata juga makin naik. Ujung-ujungnya jumlahnya turun padahal anggarannya tetap.

Eris menjelaskan, prosedurnya kredit ekspor selama ini di mulai dari angkatan ke markas besar TNI, kemudian Dephan. Setelah itu, Depkeu melakukan proses pencarian peminjam selama enam bulan. Setelah load agreement disetujui, bola di tangan DPR selama tiga bulan bulan.

Dephan berupaya antara pengadaan dan finansial dapat dilaksanakan paralel. "Bisa hemat waktu 13 bulan," katanya.

Sumber : JURNAS

Thursday, November 27, 2008

Kapal Patroli Jepang ke Indonesia



Kapal patroli penjaga pantai (coast-guard) milik Jepang, Shikishima/PLH-31, akan berkunjung ke Indonesia, 1-5 Desember. Siaran pers dari Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, Rabu (26/11), menyebutkan kunjungan itu sebagai rangkaian kegiatan dan kerja sama dalam menangani masalah perompakan dan terorisme di laut dengan negara-negara Asia.

Shikishima akan sandar di Pelabuhan Tanjung Priok di Dermaga JICT 2. Shikishima merupakan kapal patroli terbesar yang dimiliki satuan penjaga pantai Jepang. Beratnya mencapai 6.500 ton dan bisa memuat dua helikopter.

Sumber : KOMPAS

Singapura Tolak Teken Pakta Bom Curah

SINGAPURA - Pemerintah Singapura, Rabu (26/11) menyatakan tidak akan menandatangani perjanjian internasional yang melarang penggunaan bom curah (cluster bomb).

Negeri Singa itu mengatakan bom jenis itu masih diperlukan untuk mempertahankan diri. "Singapura tetap bertanggung jawab atas penggunaan bom curah bagi pertahanan diri," kata Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan Singapura dalam pernyataan bersamanya.

Meski begitu, Singapura siap bekerja sama dengan masyarakat internasional mencari penyelesaian menyeluruh bagi persoalan kemanusiaan yang muncul akibat penggunaan bom tandan itu secara serampangan. Singapura memastikan tidak akan menyebarluaskan bom itu ke pihak-pihak yang dianggap tidak bertanggung jawab.

Bom jenis ini akan meledak di udara dan mengeluarkan ratusan bom ukuran delapan sentimeter yang bisa gagal meledak. Inilah yang membuat warga sipil di lokasi bekas jatuhnya bom curah terancam nyawanya.

Amerika dan Israel termasuk negara yang paling sering menggunakan bom curah, seperti pada Perang Vietnam, Afganistan, Irak, dan Teluk pada 1991. Bahkan hingga kini, 6,6 juta hektare wilayah Vietnam masih menyimpan bom curah. AFP | FAISAL ASSEGAF

Suber : KORAN TEMPO

Berita terkait : Daftar belanja rudal RSAF

KRI Sultan Iskandar Muda/367 Tiba di Aceh

BANDA ACEH - KRI Sultan Iskandar Muda bernomor lambung-367 tiba dan berlabuh di pelabuhan khusus PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) Kota Lhokseumawe, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Rabu (26/11).

KRI Iskandar Muda yang dikomandani Letkol (L) Ariantiyo Condro Wibowo tersebut merupakan kapal generasi terbaru TNI AL dan telah menempuh perlayaran selama 36 hari dari Belanda.

Komandan Lantamal I Belawan Laksamana Pertama TNI Arie H Sembiring, menyambut kedatangan KRI Sultan Iskandar Muda di pelabuhan PT PIM Lhokseumawe atau sekitar 272 kilometer dari Kota Banda Aceh.



"Kapal tersebut di produksi di Belanda. Kota Lhokseumawe merupakan wilayah Indonesia pertama yang disinggahi KRI Sultan Iskandar Muda, karena setelah selesai produksi langsung dilakukan uji coba perlayaran," kata Laksamana Pertama Arie H Sembiring.

"Alhamdulillah selama 36 hari pelayaran berkat doa restu seluruh rakyat Indonesia kami sehat-sehat semua dan selamat sampai ke tanah air," tuturnya.

Wali Kota Lhokseumawe Munir Usman juga ikut menyambut kedatangan KRI Sultan Iskandar Muda.

Sejumlah pejabat militer beserta para undangan diberikan kesempatan menaiki kapal dan mengarungi pantai timur Aceh selama sekitar 30 menit.

Sumber : ANTARA

Wednesday, November 26, 2008

INDRA : Radar Maritim Pertama Buatan Indonesia


Radar INDRA-MX

Potensi kejahatan di lautan di Indonesia cukup besar, terlebih dengan jumlah kepulauan yang ribuan banyaknya dan juga sumber alam yang besar. Namun berbalik 180 derajat dengan kemampuan pengamanan dan pengawasannya, dimana kapal patroli jumlahnya tidak sebanding dengan kebutuhan minimal essential force sebuah negara seperti Indonesia.

Miris rasanya mendengar negara kita yang dilecehkan kekuatannya oleh negara-negara lain, bahkan oleh negara kecil seperti Singapura yang luasnya tak lebih luas dari Jabodetabek sampai berani mengusir pesawat patroli maritim TNI AL. Padahal pesawat berada diwilayah udaranya sendiri, dan masih belasan mil dari batas wilayah udaranya.

Cerita ini pernah di utarakan pilot CN-235 MPA saat saya temui di Indo-Defense 2008 lalu. Belum lagi cerita jamming peralatan radar dan komunikasi yang mereka lakukan saat latihan gabungan TNI di Sangatta, Kaltim. Atau cerita miring seputar hibah radar pantai dari AS yang dipasang di Alur Laut Kepualauan Indonesia (ALKI), dan cerita-cerita lainnya.

Satu kata kunci yang harus mampu dilakukan oleh bangsa ini, yakni 'MANDIRI'. Dalam segala hal baik Ekonomi, Hankam, Kesejahteraan, Sosial dan lainnya. Generasi penerus harus bisa lebih maju.

Janganlah kita mensejahterakan negara lain sebelum negara kita sendiri sejahtera. Kita negara besar, negara kaya akan sumber daya alam dan manusianya. Tentunya kita tidak ingin negara kita jadi miskin ditengah kekayaan yang kita punya.

Radar Maritim

Radar sebagai perpanjangan mata dalam mengawasi situasi dan kondisi di lapangan sangat besar manfaatnya. Paling tidak inilah solusi dalam mengatasi keterbatasan anggaran pembelian armada laut yang mahal harganya.

INDRA (INDonesia RAdar) adalah sebuah radar maritim buatan anak bangsa yang dibuat untuk dapat diaplikasi di kapal dan pantai.Pengembangan radar ini memanfaatkan Frequency Modulated Continous Wave (FMCW), yaitu suatu teknologi canggih yang menghasilkan jarak jangkauan radar dengan daya pancar sangat rendah (2 watt). Dan semuanya dapat terintegrasikan dengan sistem pertahanan dan keamanan nasional.

Radar INDRA pernah diujicobakan pada 24 Oktober 2008 lalu di pantai Cilegon, Banten. Ujicobanya juga disaksikan oleh Dinas Litbang TNI AL. Dalam ujicoba ini INDRA berhasil membuktikan kemampuannya mendeteksi dan mengukur jarak sebuah kapal dengan akurat.

Dalam proses pembangunan dan pengembangan radar INDRA, beberapa institusi dalam negeri juga turut membantu seperti : PPET-LIPI, ITB, UI dan IDE. Dalam kerjasama ini Litbang INDRA dilakukan sepenuhnya oleh Insinyur-Insinyur terbaik Indonesia.

Dengan diluncurkannya INDRA, Indonesia telah berhasil membuat radar sendiri dengan keunggulan yang mampu bersaing dengan radar buatan luar negeri. Saatnya kita berbangga dengan terobosan yang dilakukan anak bangsa, yang mampu menjawab secara akurat masalah dan ancaman wilayah perairan yang dihadapi dari negara parasit layaknya Draculla penghisap sumber daya alam kita yang kaya raya. Copyright @lutsista

Dephan Antisipasi Pengamanan Anggaran 2009

Jakarta - Departemen Pertahanan ingin melakukan antisipasi strategis pengamanan anggaran tahun 2009 yang berkaitan dengan APBN dan dengan Kredit Ekspor (KE) dengan melandasi kepada krisis global, dimana asumsinya bahwa akan terjadi dinamika terhadap mekanisme anggaran pertahanan yang berkaitan dengan pinjaman fasilitas Kredit Ekspor (KE) dan juga APBN.

Demikian disampaikan Sekjen Dephan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin usai mengadakan rapat khusus bidang anggaran dengan Kasum TNI, Para Wakil Kepala Staf Angkatan, para asisten perencanaan (Asrenum Panglima TNI dan Asrena Kepala Staf Angkatan) serta para Asisten Logistik (Aslog Panglima TNI dan Aslog Kepala Staf Angkatan), Senin (24/11), di Kantor Dephan, Jakarta.

Menurut Sekjen Dephan, dalam rapat tersebut disampaikan kepada para pimpinan TNI dan Angkatan itu agar mempunyai suatu pemahaman terhadap situasi krisis keuangan global sehingga mempunyai gambaran terhadap langkah-langkah yang harus diambil yang disesuaikan dengan kebijakan pemerintah.

Dijelaskan Sekjen Dephan, langkah-langkah yang akan diambil Dephan yaitu menetapkan pembatasan sesuai dengan flatform anggaran yang tersedia. Untuk fasilitas Kredit Eksport (KE) yang sedang berjalan akan diperjuangkan tetap berlanjut kontinuitasnya, guna memenuhi kebutuhan operasional. Sedangkan untuk yang akan datang, kepada TNI agar melakukan penyesuaian dan mengatur sendiri dalam bentuk prioritas berdasarkan urgensinya, sehingga dengan anggaran yang ada dapat memenuhi kebutuhannya masing-masing.

Disampaikan pula Sekjen hasil lain dari rapat tersebut, yaitu adanya kebijakan penyesuaian rekruitmen personel TNI yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia serta pembahasan mengenai upaya lebih meningkatkan dan penyempurnaan sistem proses fasilitas Kredit Ekspor.

Sementara itu Dirjen Sarana Pertahanan (Rahanan) Dephan Marsda TNI Eris Herryanto, MA,) menjelaskan bahwa dalam proses perencanaan berdasarkan kepada tiga poin, yaitu pertama kualitas, kemudian harga dan mutu dan khusus untuk pengadaan Kredit Ekspor (KE) disarankan berlangsung pararel. Sehingga proses pengadaan dibagi dua yaitu pengadaannya unit barang sendiri, kemudian yang kedua finansialnya. Dengan demikian hal ini dapat menghemat waktu serta barang yang diperoleh tidak tertinggal teknologinya. “ Kita berusaha untuk memperpendek dengan cara memparalelkan kegiatan itu”, tambah Dirjen Ranahan.

Sedangkan Dirjen Perencanaan Pertahanan (Renhan) Dephan Laksda TNI Gunadi, MDA, menjelaskan berkaiatan dengan pemotongan anggaran 3,9 %, bahwa anggaran Dephan dan TNI yang tidak diperbolehkan dipotong ada lima poin, yaitu pertama menyangkut gaji pegawai, kedua pembayaran operasional dan pemeliharaan minimum, ketiga kegiatan prioritas nasional dan keempat Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN) atau KE dan terakhir adalah kegiatan pengembangan personel.

Adapun mengenai penyesuaian rekruitmen personel, Dirjen Renhan menjelaskan walaupun anggaran Dephan TNI ini cukup besar yaitu 33 triliun lebih untuk tahun anggaran 2009,dan 32 trilun untuk tahun 2008. Namun demikian dari anggaran tersebut lebih dari 50 % dikeluarkan untuk anggaran belanja pegawai, untuk itu maka perlu adanya efisiensi belanja pegawai dengan cara meninjau kembali rekruitmen supaya anggaran belanja pegawai tidak semakin membengkak.(HDY)

Sumber : DMC

Tuesday, November 25, 2008

LCU 1000 DWT Pesanan TNI-AD



Bro... Masih ingat pesanan dua buah Kapal Landing Craft Utility (LCU) 1000 DWT (Dead-weight tonnage) milik TNI AD?!? Di event Indo-Defence 2008 lalu PT. Dok Koja Bahari menampilkan maket versi angkut sipilnya. Namun mempunyai spesifikasi teknis yang sama dengan pesanan Dephan untuk TNI-AD.

Kedua buah Kapal LCU itu nantinya digunakan untuk mendukung kekuatan operasional TNI AD khususnya sebagai alat pengangkut pasukan dan logistik ke seluruh pulau wilayah Indonesia.

Proses pembuatan unit pertama kapal ini direncanakan rampung pada akhir tahun 2009. Dan akan menjadi kekuatan TNI AD yang dikelola oleh Dit Perbekalan dan Angkutan TNI AD.

Kapal LCU ini dibangun dengan spesifikasi antara lain panjang 68 meter, lebar 13,5 meter dan mampu memuat pasukan beserta perlengkapannya sebanyak 300 orang dan beberapa kendaraan tempur dengan bobot kurang lebih 5 ton. Atau 10-12 unit tank scorpion dan perlengkapan pendukungnya. Jarak jelajah LCU ini mencapai 3000 mil laut dan mempunyai kecepatan 12 knot.

Mesin Diesel yang digunakan menggunakan Yanmar SY-series berdaya 720-900Hp. Kapal ini diklaim mampu mendaratkan pasukan dan kendaraan tempur hingga kebibir pantai. Hal ini dimungkinkan karena haluan kapal mempunyai bentuk lambung yang flat/ datar. Copyright @lutsista


DPR Kembali Persoalkan Kapal Perang Eks Jerman


KRI Pati Unus/384, ex kapal GDR Ludwiglust/232.

Jakarta - Sejumlah anggota Komisi I DPR kembali menyorot kritis kasus kapal perang eks Jerman, dengan mengingatkan agar Pemerintah RI sebaiknya segera mengakhiri jeratan utang secara tidak sah dalam masalah tersebut.

Pernyataan itu diberikan secara terpisah, di Jakarta, Selasa (25/11), antara lain oleh Muttamimul Ula (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera), Jeffrey Massie (Fraksi Partai Damai Sejahtera) dan Andreas H Pareira (Fraksi PDI Perjuangan).

"Harus ada penelusuran seksama terhadap utang Indonesia untuk pembelian 39 kapal perang bekas Jerman di tahun 1996 yang bisa dikategorikan sebagai `illegitimate debt` (utang tidak sah)," kata Mutammimul Ula.

Karena itu, ia dan Jeffrey Massie dalam keterangan di tempat berbeda, mendesak Departemen Keuangan (Depkeu) harus membuka kembali semua dokumen yang terkait dengan pembelian ke-39 kapal perang tersebut.

"Apalagi, sebagaian besar kapal perang bekas itu tidak beroperasi lagi. Mungkin hanya 16 yang masih berfungsi. Itupun setelah di`retrovit;," ungkapnya.

Sementara itu, Andreas Pareira, meminta klarifikasi dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengadaan kapal-kapal perang bekas tersebut, agar semakin jernih bagi publik.

"Karena apapun bentuknya, utang negara seperti akan sangat membebani rakyat mayoritas," katanya.

Mutammimul Ula sepakat dengan itu, dengan menambahkan di era krisis ini, lebih baik uangnya untuk mengentaskan kemiskinan dan memberikan kesejahteraan buat rakyat banyak.

"Apalagi hasil kajian Lembaga Swadaya Masyarakat dan telaah konvensi dan hukum internasional menunjukkan utang ini termasuk yang tidak sah," tandasnya lagi.

Karena itu, Mutammimul Ula menegaskan, tidak ada alasan bagi Pemerintah untuk menunda penghapusan utang setelah 12 tahun terjerat dalam utang yang tidak sah tersebut. (*)

Video : Indo-Defense & Aerospace 2008

Video of PINDAD 6X6... with flypass from F-16



Credit for KARBOL

Download tips :
Copy url (klik menu) video youtube diatas ke website ini, lalu pilih menu convert type yg Anda inginkan (AVI/MOV/MP4/MP3/3GP). Klik Start untuk mendownload.

RRC Menunda Sementara Kerjasama Industri Pertahanan

Jakarta - Krisis finansial global yang menerpa semua negara di belahan dunia ini, juga dirasakan oleh Republik Rakyat China (RRC). Akibatnya, komitmen kerjasama industri strategis di bidang pertahanan antara Indonesia dan China ditunda.

Hal itu terungkap dalam pertemuan antara Menteri Pertahanan RI Juwono Sudarsono dengan Menteri Pertahanan RRC Jenderal Chi Wanchung di kantor Departemen Pertahanan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Senin (24/11).

Chi Wanchung datang ke Indonesia sebagai kunjungan balasan atas kedatangan Juwono Sudarsono beberapa waktu lalu ke Beijing. Pertemuan kali ini juga membahas tentang rincian rencana kerjasama tersebut yang dideklarasikan pada Agustus lalu.

"Saya tadi tanyakan langkah itu, apakah bisa produksi dan pendanaan bersama dari mereka. Ini sedang dibahas, kita tunggu perkembangan di Cina," kata Juwono usai pertemuan itu kepada wartawan.


Menhan RI Juwono Sudarsono dan Menhan RRC Jenderal Chi Wanchung. Foto : Defender

Menurut Juwono, pihak RRC sendiri belum bisa menjawab, karena persoalan di negeri itu yang juga sedang dilanda persoalan krisis keuangan. Pihak pemerintah RRC saat ini tengah berupaya keras memulihkan keadaan ekonominya yang terimbas krisis finansial global.

"Kalau mereka sudah mantap, baru kita bahas secara rinci. Jadi ini ditunda sampai ada pemantapan keadaan di sana," jelasnya lagi.

Menurut Juwono, kerjasama dan kemitraan dengan RRC ini terkait industri strategis, khususnya alat utama persenjataan yang berbasis pada alat transportasi. Produk yang rencananya bisa dihasilkan dari kerjasama ini antara lain : kendaraan tempur, pesawat dan kapal.

Sedangkan kerjasama yang saat ini masih berjalan adalah pengembangan rudal RX buatan LAPAN.

Juwono berharap, bila kerjasama tersebut bisa terealisir, sejumlah produk bisa dilakukan di Indonesia dengan melibatkan sejumlah BUMN. Walau ditunda, lanjut Juwono, untuk kerjasama lain di bidang pertahanan tetap dilakukan seperti pertukaran perwira, saling berkunjung dan bantuan keamanan di Selat Malaka.(zal/gah)

Sumber : DETIKNEWS

Monday, November 24, 2008

Tank Amfibi PAL-AFV



Sukses memodifikasi tank amfibi BTR-50 TNI-AL, kali ini PT.PINDAD bekerjasama dengan PT PAL membangun tank amfibi angkut pasukan terbaru dengan nama Armoured Floating Vehicle (PAL-AFV).

Dibangun dengan mengacu pada BTR-50PM, PAL-AFV mempunyai bentuk dan spesifikasi teknis yang tidak jauh berbeda. Perbedaan mencolok hanya pada penggunaan mesin Diesel inline 8 silinder yang dipakai, sehingga tenaga yang dihasilkan mampu mencapai 300Hp.

Kemampuan jelajahnya pun bertambah dari 400Km menjadi 480Km. Untuk kecepatan bertambah dari 50Km/jam menjadi 60Km/jam dijalan normal. Namun bobot kendaraan juga bertambah menjadi hampir 15 ton.

Untuk kemampuan daya angkut personil tidak berbeda dengan BTR-50. Yakni 3 awak tank dan 14 pasukan, dengan kemampuan operasional (endurance) selama 8 jam.


BTR-50PM, hasil modifikasi PT.PINDAD.

Seperti diketahui ada beberapa titik kelemahan yang kemudian dimodifikasi dari BTR-50P. Salah satunya yang krusial adalah garis air yang posisinya sejajar dengan lubang hisap mesin. Namun hal ini telah diperbaiki dan disempurnakan di tank amfibi PAL-AFV ini.

Tidak dijelaskan kapan prototypenya akan dibuat oleh PT.PINDAD, namun berdasarkan info yang diperoleh moderator dari PT.PAL di acara Indo-Defence 2008 kemarin (19-22 November 2008) mudah-mudahan 2009 nanti sudah ada realisasinya.

Hal ini juga makin memperjelas Transfer of Technology (ToT) antara RI (diwakili PINDAD) dan Korea dalam hal penguasaan teknologi suspensi dan roda penggerak rantai. Yaitu guna menunjang pengembangan panser amfibi ini (PAL-AFV), dan rencana PINDAD merealisasikan Light-tank pengganti Scorpion.

Copyright @lutsista



Spesifikasi :

Enam Sukhoi Akan Tiba 22 Januari 2009



LEMBANG - Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Subandrio menyatakan enam pesawat tempur Sukhoi dari Rusia akan tiba di Indonesia awal 2009 mendatang.

"Diperkirakan pada 22 Januari nanti, enam unit Sukhoi bisa didatangkan lengkap dengan persenjataannya," ujarnya seusai acara Penutupan Pendidikan Perwira Siswa (Pasis) Seskoau Angkatan ke-45, di Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Subandrio mengatakan dengan adanya penambahan Sukhoi, diharapkan dapat meningkatkan layanan TNI AU di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Dengan kekuatan yang ada sudah lumayanlah. Tinggal, kita dapat meningkatkan pemantauan (operasional) udara semaksimal mungkin," katanya. Selain itu, ia menjelaskan keberadaan Skadron Udara 11, Pangkalan Udara (Lanud) Hasanuddin di Sulawesi Selatan telah memenuhi syarat sehingga tidak diragukan lagi sebagai pangkalan Sukhoi.

"Untuk menjaga keamanan udara dari Sabang hingga Merauke, maka keberadaan beberapa Lanud, termasuk Hasanuddin, masih menjadi pangkalan utama dalam mengawasi wilayah timur," paparnya.

Sementara itu, menaggapi adanya pemangkasan anggaran TNI AU dalam pengadaan alat utama sistem siaga (Alutsista), Kasau meminta agar pemotongan anggaran tidak terjadi pada anggaran operasional dan pendidikan. "Sementara ini, untuk pembangunan fasilitias bolehlah ditunda. Misalnya, pembangunan mes atau gedung. Paling tidak seperti tahun kemarin," tegasnya.

Menurutnya, untuk menopang anggaran Alutsista, pihaknya akan berupaya untuk melakukan penghematan sehingga alat penunjang keamanan udara dapat terealisasi. Mudah-mudahan tidak ada halangan, sehingga enam Sukhoi dapat didatangkan untuk menunjang operasional TNI AU," pungkasnya. (IK/EM/OL-06)

Sumber : MEDIA INDONESIA

Thursday, November 20, 2008

Panser Canon 90mm Pindad




Sukses dengan keberhasilan Panser 6x6 Anoa, akhirnya Pindad berhasil merelease prototype panser taktis varian canon sesuai dengan jadwal. Panser ini merupakan proyek pengembangan panser Pindad sebelumnya.

Dirut PT. Pindad, Adik A. Sudarsono sebelumnya pernah melontarkan hal ini bulan Agustus 2008 lalu. Beliau pernah mengatakan akan membuat panser versi tactical armor berbasis panser angkut pasukan sedang (APS) 6x6. "Prototype-nya akan kami tampilkan di Indo-Defence 2008", ujarnya.

Design requirement didapat dari hasil rumusan antara Dephan dan TNI AD. PT. Pindad berharap akan ada pesanan untuk varian ini, paling tidak cukup untuk economical production (15 unit).

Sistem turet canon panser ini menggunakan CSE-90/MK-III buatan CMI Defense, Belgia. CSE-90 berkaliber 90mm ini juga dilengkapi dengan senapan mesin coaxial 7,62mm.
Sedangkan untuk perangkat komunikasi menggunakan Intercom set VHF/FM dengan fasilitas anti-jamming dan berkemampuan hopping channel.

Selain itu panser ini juga didukung peralatan pertempuran lainnya, seperti : Night Vision Google (NVG), GPS, dan perangkat sensor senjata. Copyright @lutsista

Panser APS 6x6

Reportase foto dari Indo-Defense & Aerospace 2008 @lutsista






Landing Helicopter Dock (Improvised STAR-50)




Karakterisktik :

Panjang keseluruhan : 190m
Panjang garis air : 183.54m
Luas : 30.50m
Lebar maks : 24m
Displacement (full load) : 35.000 ton
Kecepatan : 15.50 knots
Range (at 15.50 knots) : 17.000 nm
Kru : 160 orang
Kapasitas angkut : 450 pasukan, 60 kendaraan lapis baja atau 200 kendaraan.
Helicopter : 16 unit (bolcow/ NBell-412)

Reportase Foto dari Indo-Defense & Aerospace 2008
@lutsista

Wednesday, November 19, 2008

Indo-Defence & Aerospace 2008






Wapres Buka Pameran Pertahanan dan Kedirgantaraan

Jakarta - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla membuka Pameran Pertahanan Indonesia (Indo Defence) dan Pameran Dirgantara Indonesia (Indo Aerospace) 2008 di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (19/11).

Pada pembukaan itu Wapres didampingi Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono, Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso dan beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu.

Hadir pula sejumlah petinggi militer dan pertahanan mancanegara selaku delegasi khusus, seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Afrika Selatan, Perancis, Filipina, Republik Ceko, Italia, Republik Korea Selatan, Bulgaria, Belanda, Timor Leste, Turki dan Thailand.

Pameran Pertahanan Indonesia 2008 kali ini diikuti sekitar 337 perusahaan dari 37 negara termasuk 11 paviliun negara, yakni Singapura, Rusia, Indonesia, Malaysia, Jerman, Polandia, Korea, Belanda, Amerika Serikat, Bulgaria dan Inggris.

Dalam Pameran Kedirgantaraan Indonesia akan ditampilkan sejumlah pesawat dan helikopter produksi PT Dirgantara Indonesia seperti pesawat intai maritim (MPA) CN-235, helikopter Bell dan NBO.

Dari PT Pindad, akan ditampilkan manuver panser VAB yang telah dipesan oleh pemerintah Indonesia sebanyak 150 unit.

Pembukaan pameran juga akan dimeriahkan solo aerobatik F-5E Tiger dari Skadron Udara 14 Pangkalan Udara Iswahjudi.

Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono mengatakan, kegiatan yang rutin dilakukan dua tahun sekali kali merupakan refleksi abad kebangkitan nasional.

"Pameran juga bertujuan mendorong kemnadrian industri pertahanan nasional dalam pengadaan sarana pertahanan," katanya. (*)

Sumber : ANTARA

Tuesday, November 18, 2008

BMP-3F Tiba Pertengahan Tahun 2009



Jakarta - Korp Marinir TNI Angkatan Laut pertengahan tahun depan memiliki satu kompi atau sebanyak 17 unit tank tipe BMP-3F buatan Rusia. "MoU sudah diteken," kata staf Korp Marinir Brigadir Jenderal Baharuddin, Selasa (18/11) di markas Marinir, Cilandak-Jakarta di acara Hari Ulang Tahun Marinir ke-63.

Tank ini akan bergabung dengan Resimen Kaveleri Marinir. Baharuddin belum memastikan tank ditempatkan di Armada TNI AL kawasan Barat atau Timur. Tank BMP-3F adalah generasi terbaru dari tank pendahulunya, tipe BVP. Selain langsung bisa terjun dari darat ke laut (tanpa tenggelam), tank BMP-3F memiliki keunggulan mampu berjalan di air dengan kecepatan 13 kilometer per jam atau sekitar 7 knot per jam.

Untuk perjalanan darat tank ini mampu menempuh kecepatan hingga 70 kilometer per jam, dengan kemampuan berjalan di medan pegunungan mencapai 45 kilometer per jam. “Tank ini juga mampu menembak dengan berjalan.

Tank ini juga dilengkapi dengan senjata kaliber 100 milimeter canon, serta 38 butir amunisi yang mampu menembak ke udara dengan sasaran pesawat maupun helikopter. Selain itu juga dilengkapi dengan senjata 7,62 milimeter yang merupakan senjata mesin ringan. “Pokoknya ini yang tercanggih saat ini.”

Sumber : TEMPO INTERAKTIF

ADS-B : Teknologi Masa Depan Pengganti Radar ?



ADS-B ini memang terlihat revolusioner, dengan hanya berbekal antenna dan alat kurang dari sebesar lemari es kecil dapat mendeteksi pesawat terbang dan menampilkan lalu lintas udara. Inikah akhir dari era radar ?

ADS-B atau kepanjangan dari Automatic Dependent Surveillance- Broadcast seperti namanya adalah teknologi pendeteksi dimana setiap pesawat lewat transponder yang dimiliki memancarkan setiap dua kali dalam tiap detik informasi ketinggian, posisi, kecepatan, arah, dan informasi lainnya ke stasiun darat dan pesawat lainnya. Informasi ini didapat dari informasi Global Positioning System (GPS) atau backup FMS (Flight Management System) yang ada di pesawat masing-masing.

Diagram ADS-B

Setiap pesawat memancarkan sinyal data-data kondisi penerbangan yang dibantu satelit GPS, via transponder yang dimiliki dan ditangkap station base darat untuk diteruskan ke ATC.

Informasi yang menuju ke stasiun darat ini disebut ADS-B Out yang hasilnya dapat dilihat berupa output layaknya melihat layar lalu lintas udara pada umumnya. Informasi ini juga dapat dipancarkan untuk pesawat yang dilengkapi ADS-B dan akan terlihat dalam cockpit traffic display. Inilah yang disebut sebagai ADS-B In. Sebagai tambahan, stasiun darat ADS-B dapat memberikan informasi tambahan lainnya seperti kondisi cuaca dan informasi ruang udara lewat link yang ada.

Radar

Sedangkan alat pendeteksi konvensional, radar atau kepanjangannya Radio Detection and Ranging, menggunakan gelombang radio untuk pendeteksian. Jika gelombang yang dipancarkan mengenai benda (dalam hal ini adalah pesawat) akan berbalik arah, dan waktu yang diperlukan untuk kembali lewat alat penerima dapat mengetahui informasi jarak, kecepatan, arah, dan ketinggian.

Perkembangan radar menambah peralatan baru yang bernama SSR (Secondary Surveillance Radar) sebagai pelengkap radar (Primary Surveillance Radar). SSR merupakan penemuan militer yang bernama IFF (Identification Friend or Foe). Cara kerjanya setiap kali radar melakukan “sapuan” gelombang maka disaat itu juga sinyal berfrekuensi tinggi akan dipancarkan. Sinyal ini diterima oleh transponder di pesawat dan akan memancarkan sinyal untuk dikembalikan ke stasiun radar darat. Ini akan memberikan keakuratan terhadap lokasi pesawat daripada hanya mengandalkan gelombang radar semata.

Transponder di pesawat memiliki beberapa mode. Mode-A dapat memberikan informasi digit identifikasi pesawat yang selalu di-update oleh pilot saat terbang berdasarkan instruksi ATC. Mode-C dapat memberikan informasi ketinggian dengan data dari altimeter pesawat.

Perkembangan selanjutnya adalah Mode-S (dan varian berikutnya Mode-S Extended Squitter/ES) yaitu memberikan informasi identifikasi unik setiap pesawat yang diproduksi yang terus dipakai sampai non operasional. Mode-S berbeda dengan lainnya karena selalu aktif memancarkan sinyal identifikasi berfrekuensi 1090 MHz, ia juga memberikan informasi kondisi terbang pada masing-masing pesawat.

Ini juga-lah yang dipakai untuk pengembangan piranti pencegah tabrakan antar pesawat, TCAS (Traffic Alert and Collision Avoidance System).

Pengganti Radar ?

Dengan sifatnya itu, Mode-S menjadi inspirasi lahirnya ADS-B. Cukup dengan antenna untuk menangkap sinyal Mode-S ini lalu ditampilkan di layar. Stasiun darat untuk operasi ADS-B ini memang sederhana dan murah, hanya antenna dan peralatan dalam kotak kecil nan ringkas sehingga dapat dipasang dengan mudah dan tidak makan banyak tempat.



Bisa dipasang di menara seluler ataupun tempat dengan ketinggian yang mencukupi.. Bandingkan dengan radar, yang memiliki perangkat berat dan lebar, harus berputar 360 derajat untuk dapat mentransmisikan gelombang untuk pendeteksian. Belum lagi untuk masalah perawatan dan listrik yang dipakai.

Tapi yang jadi pembeda dari kedua alat ini adalah sifat mendasar ADS-B yaitu sinyal pasif sedangkan radar adalah aktif. Inilah yang menjadi kelemahan ADS-B. Pesawat yang tidak dilengkapi transponder, atau transpondernya rusak ataupun sengaja dimatikan dapat menjelma menjadi pesawat “stealth” alias menghilang dari layar.

Ini akan beresiko terjadinya tabrakan di udara. Kelemahan ini yang menjadikan ADS-B bukan sebagai pengganti ideal dari radar.

Karena teknologi dan alat yang simple, ADS-B ini dapat dimonitor pula oleh publik. Hobbyists dapat membeli merk yang tersedia dipasaran diantaranya adalah Kinetiks Avionics dan AirNav System RadarBox.

Dengan memakai sebuah antenna penerima dan alat yang compatible dengan Personal Computer (PC), sehingga seseorang dapat berperan sebagai ATC amatir. Memang belum ada regulasi yang mengatur mengenai hal ini. Tapi untuk pengamanan, situasi yang ditampilkan dilayar adalah delay lima menit.

Implementasi ADS-B

Teknologi memang terus berkembang, bisa jadi suatu saat perangkat ADS-B ini dapat mendeteksi secara aktif. Meskipun belum 100 persen sempurna teknologi ini dapat dipakai secara luas sebagai komplementer dan sebagai back up dari radar konvensional jika mengalami kegagalan. Apalagi dengan mudahnya memasang peralatan ini untuk negara berwilayah luas dan kondisi geografis yang tidak memungkinkan seluruh wilayah dipasang radar.

Bagaimana dengan Indonesia ? Dengan wilayah geografis yang luas dan masih belum terjangkau seluruh wilayah dengan radar, lalu lintas udara yang makin ramai, plus kendala keuangan, ADS-B harus segera diterapkan di Indonesia.

Dalam anggaran tahun 2008, Departemen Perhubungan mengeluarkan uang sebesar Rp.80 milyar untuk pembangunan 14 menara ADS-B dengan wilayah diantaranya di Tangkuban Perahu, Cilacap, Sitoli, Banda Aceh, Kintamani, Tarakan, Galela, dan Palu.

Rencana kedepan total Indonesia akan memiliki 30 unit pada tahun 2010. Dengan perkiraan memakan waktu lima tahun untuk dapat berintegrasi dengan radar yang telah dimiliki, diharapkan kasus hilangnya Adam Air awal tahun 2008 tidak perlu terjadi kembali dan semakin meningkatkan keselamatan terbang khususnya lalu lintas udara nasional. (Sudiro Sumbodo, Jakarta, 2008)

Monday, November 17, 2008

Iskander (SS-26 Stone) tactical missile system

Iskander (SS-26 Stone) tactical missile system and its target coverage in Europe.

Kodam Jaya/ Jayakarta








Foto by : KODAM JAYA