KSAU Minta Kontrak Sukhoi Tidak Dibatalkan
Su-30MK2 TNI AU
Modernisasi peralatan tempur AU sangat mendesak
MABES AU meminta agar kontrak pembelian enam pesawat Sukhoi dari Rusia tidak dibatalkan. Meski di sisi lain TNI AU memahami, adanya keterbatasan anggaran pemerintah.
"Kan pembelian itu sudah ada kontraknya, pakai kredit ekspor. Saya tidak tahu uangnya dari mana, yang penting dibelikan. Kontrak sudah diproses. Anggaran tahun ini, untuk kesiapan pesawat tidak ada (masalah, Red), mudah-mudahan tahun depan juga tidak ada," kata Kepala Staf AU Marsekal Subandrio, usai menghadiri purnawira Perwira Tinggi TNI AU di Akademi Angkatan Udara (AAU), Maguwo, Yogyakarta, Selasa (29/7).
Subandrio mengharap agar pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar alat utama sistem senjata (alutsista) TNI tua segera diganti, dapat benar-benar direalisasikan. Ia juga mengingatkan, modernisasi peralatan tempur AU sangat mendesak.
Terlebih bila melihat perkembangan lingkungan strategis, dan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan, serta meluasnya penggunaan wahana dirgantara untuk berbagai tujuan saat ini. "Waktu yang akan datang, menjadi tantangan yang makin berat dan kompleks dihadapi AU," katanya.
Saat ini kondisi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI sangat kurang. Untuk pengadaan alat tempur baru mencapai 50 persen. "Sekarang baru 50 persen. Ya sangat tidak memadai. Saya senang stattement Pak Presiden yang sudah tua digantilah. Kita usulkan. Tapi, ya tergantung juga pemerintah, ada dananya atau tidak," katanya.
Sebagai bukti memahami keterbatasan anggaran negara, AU telah melakukan alih teknologi untuk pengadaan pesawat transportasi dan helikopter. "Ke depan, kalau kita membeli pesawat tempur, yang harus ada alih teknologinya, paling tidak sambil belajar PT Dirgantara Indonesia (PTDI), buat apanyalah. Jadi, sebelum beli, saya mau beli barang kamu, tetapi kamu harus ngasih (alih teknologi, Red). Kita harus punya kiat demikianlah," katanya.
Subadrio tetap berharap pengadaan Sukhoi bisa dipenuhi sebelum Oktober 2008. "Insya Allah datang sebelum Oktober. Jadi, 5 Oktober saat HUT TNI, bisa ikut main. Tapi, tidak keenamnya," kata dia. Pemerintah melalui Departemen Pertahanan (Dephan) sudah meneken kesepakatan pembelian enam pesawat jet asal Rusia itu sejak 2005. Enam elang tempur itu dianggarkan melalui kredit ekspor senilai US$335 juta (sekitar Rp3 triliun).
Tiga pesawat berjuluk Flanker yang direncanakan datang adalah Sukhoi SU-30 (jenis tandem). Tiga pesawat sisanya jenis SU-27 (berkursi tunggal) dijadwalkan hadir tahun 2009. Jet tempur tersebut akan bergabung bersama empat Flanker yang sudah ada di Skadron Udara 11, Lanud Hasanuddin, Makassar. Kedatangan elang tempur ini sudah ready combat.
Sumber : JURNAS