Friday, June 12, 2009

Kapal Malaysia Mencuri Ikan, Kabur Lewat Ambalat


Kapal-kapal Malaysia yang disita polisi Air di Tarakan (Foto : atas). Kapal Malaysia yang mencuri ikan juga kerap mengganti bendera Indonesia saat memasuki perairan Kaltim (Foto : Inset)

Oleh : Sarie Febriane

Setiap kali kapal perang Malaysia nyelonong memasuki perairan Indonesia melintasi Ambalat, Indonesia meradang. Padahal, sudah lebih dari 20 tahun kapal-kapal Malaysia dari Tawau menerobos masuk perairan di Kalimantan Timur itu.

Namun, bukan untuk provokasi, melainkan untuk mencuri ikan di laut Indonesia hingga berton-ton. Kerugian Indonesia mencapai ratusan miliar rupiah setiap tahun.

Awal pekan lalu, belasan laki-laki, baik muda maupun tua, tampak duduk-duduk santai di sebuah balai bambu di dermaga Pulau Bunyu, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur. Dari Tarakan, pulau itu bisa ditempuh dalam waktu sekitar satu jam dengan speedboat.

Para lelaki tadi sebagian besar adalah bekas nelayan Pulau Bunyu yang kini beralih profesi menjadi buruh angkut. Saban hari, kapal-kapal pengangkut bahan pangan dan keperluan lainnya dari Tarakan berlabuh di dermaga itu. Kedatangan kapal-kapal itu menjadi sumber nafkah mereka saat ini. Terlebih sejak ikan-ikan semakin sulit didapat di sekitar Pulau Bunyu.

”Sekarang kalau mau cari ikan paling untuk makan saja, bukan untuk dijual. Bisa dapat 5 kilogram saja sekarang sudah beruntung. Dulu, 15 tahun lalu, kami masih bisa dapat ikan sampai 100 kg dengan cuma melaut dekat-dekat saja,” tutur Basri (62), mantan nelayan yang kini menjadi buruh angkut di dermaga.

Basri bercerita, dirinya kini memilih pensiun jadi nelayan karena kendala modal dan sumber daya ikan yang juga menipis. Para nelayan tradisional di Pulau Bunyu seperti Basri hanya mampu melaut di sekitar Pulau Bunyu karena modal bahan bakar yang terbatas.

Namun, anugerah itu tak lagi bisa mereka nikmati dalam waktu 10 tahun terakhir. Laut di sekitar Bunyu tak lagi menyisakan ikan yang memadai untuk ditangkap dengan jaring yang seadanya. Untuk melaut lebih jauh, para nelayan itu tak punya modal bahan bakar yang cukup. Akibatnya, daripada tekor, mereka menanggalkan tradisi nenek moyangnya sebagai pelaut.

Tak hanya hutan Indonesia yang merana akibat pembalakan liar. Tanpa dapat terpantau secara intensif, perairan Indonesia sebenarnya sejak lama sudah habis-habisan dirambah. Tak hanya oleh negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina, tetapi juga hingga kapal-kapal ikan asal Korea Selatan.

Selengkapnya...

No comments: