Dephan dan TNI Segera Kaji Kelaikan Alutsista
JAKARTA--MI: Pasca jatuhnya helikopter Bell TNI AU di Subang, Jawa Barat Departemen Pertahanan dan Mabes TNI segera melakukan evaluasi alat utama sistem senjata (Alutsista) yang dimiliki masing-masing angkatan.
"Kami akan kaji satu per satu data persenjataan di setiap angkatan," ujar Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono seusai rakor tertutup Polhukam di Jakarta, Rabu (12/3).
Komentar Juwono terkait jatuhnya helikopter Bell 47-G Soloy milik TNI Angkatan Udara yang menyebabkan tewasnya pilot Lettu Engky Saputra Jaya, Selasa (11/3) lalu di Subang.
Sebelumnya, panser Marinir tenggelam saat latihan di Situbondo, Jawa Timur yang menewaskan tujuh prajurit. Helikopter Twinpcack juga jatuh di Pekanbaru, Riau, beberapa waktu lalu. Usia tua dianggap penyebab utama kecelakaan beruntut tersebut.
Menhan mengatakan, pihaknya tetap memperhatikan arahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk mengandangkan persenjataan tua karena dianggap membahayakan keselamatan prajurit yang bertugas. Namun, sebelum dikandangkan, penyebab utama kecelakaan kasus demi kasus harus diketahui.
"Apakah sudah tua, apa karena faktor manusia,atau cuaca. Ketiganya harus diperhatikan," ucap Juwono.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsma TNI Chaeruddin Ray mengatakan, matra udara tidak akan mengkendangkan sepuluh helikopter Bell yang tersisa. "Satu skadron yang ada semua masih layak," ujarnya.
Dia menjelaskan, meski berusia tua, helikopter buatan Bell Helicopter Texcron Company, Amerika Serikat itu selalu dirawat dengan baik.
Heli yang jatuh pun sebenarnya secara kelayakan laik terbang. Begitu pula dengan kondisi penerbangnya yang dinyatakan layak terbang.
"Tesnya ketat. Tensinya naik saja tidak akan izinkan terbang," ujar lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1980 itu.
Helikopter Bell bergabung dengan Angkatan Udara 19 Juli 1978 dan telah mengalami re-engine tahun 1984. Heli di bawah naungan Skadron Udara 7, Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Suryadharma, Subang itu merupakah pesawat latih para penerbang matra udara selama kursus pesawat terbang heli.
Dengan kecepatan jelajah 60 knot dan manuvernya yang lincah, heli ini dapat digunakan untuk mendukung berbagai tugas operasi udara taktis, pemotretan udara, SAR, dan evakuasi medis.(Mjs/OL-03)
Sumber : MEDIA OL
No comments:
Post a Comment