Thursday, April 08, 2010

TNI AU Bulan Ini Putuskan Pesawat Pengganti Hawk MK-53


KAI AT-50 Golden Eagle (Foto: Djaka R)

JAKARTA - TNI AU sedang mempertimbangkan penggantian pesawat Hawk MK-53 yang digunakan sebagai pesawat latih bagi penerbang tempur baru. Empat jenis pesawat akan memasuki seleksi akhir sebelum penentuan final.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Imam Sufaat di Jakarta, Rabu (7/4). "Untuk MK-53 sekarang dalam proses pengadaan. Kita dalam tahap lelang.. sudah, pengumuman.. sudah. Tinggal masukan kalau tidak salah penawaran harga," kata KSAU.

Empat tipe pesawat pengganti yang lolos ke tahap akhir adalah KAI T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan, Yakovlev Yak-130 buatan Rusia, Aero L-159 Alca buatan Ceko, dan FTC-2000 buatan China. Dari keempatnya, TNI AU akan memilih dua sampai tiga pemenang utama.

"Kita harapkan tahun ini, mudah-mudahan akhir bulan April ini kita sudah bisa tentukan mana yang kita butuhkan," harapnya.

KAI T-50 merupakan produksi Industri Pesawat Terbang Korea Selatan yang berfungsi sebagai pesawat latih supersonik dan penyerang ringan. Pengguna utamanya adalah militer Korea Selatan dengan harga per-unit sekitar US$ 21 juta pada 2008.

Yakovlev Yak-130 merupakan pesawat latih subsonik yang bisa di alih fungsikan sebagai penyerang ringan (light fighter). Pesawat latih militer Rusia ini berharga US$ 20 juta. Sedangkan L-159 Alca dioperasionalkan juga sebagai pesawat latih dan tempur ringan yang diproduksi oleh Aero Vodochody. Pengguna utama adalah militer Ceko sejak tahun 1990-an dengan harga sekitar US$ 17 juta. FTC-2000 merupakan pesawat latih dua kursi buatan Guizhou Aircraft Industry Corporation, harga per-unit pesawat ini sekitar US$ 8 juta. Pesawat ini digunakan Angkatan Udara China dan jumlahnya dibuat secara terbatas.

PTDI Kerjasama Pembuatan Pesawat Tempur

Awal Maret lalu PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menyatakan siap berkerja sama dengan Korea Selatan dalam mengerjakan proyek pengembangan model pesawat tempur senilai US$ 8 miliar yang ditawarkan pemerintah negara tersebut kepada Indonesia.

Direktur Integrasi Pesawat PT DI Budiwuraskito mengemukakan sarana dan prasarana yang dimiliki PTDI saat ini mampu mengerjakan pesawat tempur sejenis T-50 Golden Eagle yang awalnya merupakan pengembangan bersama pesawat latih asal Korea Selatan dan Amerika Serikat.

“Kalau memproduksi sendiri [pesawat tempur] kami belum bisa, tetapi kalau bergabung dengan Korea Selatan bisa terlaksana,” katanya kemarin. PT DI memiliki pengalaman dalam bidang kualifikasi dan sertifikasi dalam memproduksi pesawat-pesawat yang berkecepatan rendah seperti CN-235 dan struktur pesawat komersial seperti flap pada Boeing 737-300.


Flaps Boeing 737-300 yang dibuat PTDI (Foto : PTDI)

Sementara itu, Korea Selatan berpengalaman dalam memroduksi pesawat berkecepatan tinggi. “PT DI memiliki lahan, laboratorium, ruang perakitan, sumber daya manusia, dan lain-lain. Jadi sebetulnya tinggal penggabungan teknologi saja,” katanya.

Budi mengatakan tawaran pengembangan dan pembangunan model pesawat yang ditawarkan Korea Selatan baru sebatas jenis tempur (fighter) dan latih.

Dia menilai kerja sama pengembangan pesawat tempur diharapkan bisa diwujudkan pada tahun ini oleh Kemenhan dan Parlemen Korea, setelah ada lampu hijau tinggal kita atur bentuk kerjasamanya.

Sumber : MEDIA INDONESIA/ BISNIS INDONESIA

No comments: