Rusia Tetap Komit Salurkan Kredit Bagi Alutsista TNI
Dubes Rusia, Alexander Ivanov (2 kiri) dengan Dirjen Ranahan Dephan, Marsda TNI Eris Herryanto (kiri), di dalam kabin Mi-17 V5.
Surabaya - Pemerintah Rusia tetap komit untuk menyalurkan kredit negara ("state credit")-nya bagi modernisasi alat utama sistem senjata TNI, meski hingga kini belum dapat direalisasikan.
"Naskah perjanjian yang telah ditandatangani kedua kepala pemerintahan, masih memerlukan dokumen pelengkap yang menjabarkan dari naskah kesepakatan itu," kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia Alexander Ivanov menjawab ANTARA di Surabaya, Rabu (6/8).
Berbicara usai menyaksikan penyerahan enam helikopter Mi-17-V5 dari Rusia ke Indonesia, ia mengatakan, dokumen pelengkap itu diperlukan mengingat kesepakatan penyaluran kredit negara senilai satu miliar dolar AS itu memerlukan rincian yang sangat kompleks.
"Mengingat ini menyangkut persenjataan militer yang sangat rumit dan kompleks, maka masih diperlukan pembahasan tentang dokumen pelengkapnya," kata Ivanov.
Terkait itu, tambah dia, kedua pihak akan mengadakan pertemuan lanjutan pada 19-21 Agustus 2008 di Departemen Pertahanan (Dephan) Indonesia.
Hal senada diungkapkan Dirjen Sarana Pertahanan Dephan Marsekal Muda Eris Heriyanto yang mengatakan, kedua pihak masih membahas segala hal yang berkaitan dengan pencairan kredit negara Beruang Merah itu.
"Proses pembicaraan masih kita lanjutkan, terakhir pada 21 Februari 2008 di Kuala Lumpur. Dan akan dilanjutkan pada bulan ini," ujarnya.
Pemerintah Indonesia dan Rusia akan kembali duduk bersama membahas realisasi pencairan kredit negara (state credit) senilai satu miliar dolar AS yang ditawarkan Rusia untuk program modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI.
Eris mengatakan hingga saat ini belum ada kesamaan persepsi tentang kredit negara Rusia tersebut.
Keterlambatan pencairan kredit negara Rusia bagi modernisasi persenjataan TNI dikarenakan perbedaan interpretasi antara Indonesia dan Rusia.
Pihak Rusia menilai, kredit negara hanya membiayai pengeluaran yang terjadi di Rusia, termasuk untuk membiayai "local content" (kandungan lokal).
Sedangkan pihak Indonesia menganggap kredit negara Rusia itu merupakan alternatif pembiayaan seperti pinjaman luar negeri lainnya yang cakupan pembiayaan meliputi seluruh kebutuhan proyek dan kontrak dimaksud.
"Local content" yang dimaksud adalah "site preparation" berupa hanggar, gudang, dermaga, gedung dan lain-lain serta penyiapan awak, inspeksi dan sebagainya yang harus tercantum, agar material kontrak dapat berfungsi baik.(*)
Sumber : ANTARA
No comments:
Post a Comment