Kurangi Kesenjangan Antara Lembaga Ristek dan TNI
JAKARTA, SELASA-Selama ini ada kesenjangan antara lembaga riset dan teknologi dengan Tentara Nasional Indonesia. Akibatnya, tidak bisa terjadi sinergi antara kemampuan lembaga peneletian dan teknologi dengan kebutuhan TNI. Demikian disampaikan Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) Kusmayanto Kadiman dalam konferensi pers usai penandatanganan kesepakatan bersama dengan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), Laksamana TNI Sumardjono, di gedung BPPT, Jakarta, Selasa (22/4).
Menurut Menristek, kesenjangan tersebut bukan berarti lembaga ristek tidak mampu memenuhi kebutuhan TNI, namun karena belum ada komunikasi dan keterbukaan dari kedua belah pihak. "Untuk itu kita tuangkan dalam MoU (Memorandum of Understanding) supaya terjadi sinergi antara TNI dengan BPPT," kata Kusmayanto.
Selain mengurangi kesenjangan, lanjut Kusmayanto kesepakatan bersama ini juga untuk menuju kemandirian dalam memproduksi alat-alat pertahanan. "Dalam pidatonya, presiden SBY mengatakan tidak boleh lagi mengimpor untuk sistem pertahanan yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Kepala Staf AL Laksamana TNI Sumardjono. "Kerja sama ini salah satu langkah menuju kemandirian, tapi tidak bisa dilakukan serta-merta, ada fase yang harus dilalui. Ada banyak institusi di Indonesia, jika ada sinergi maka bisa berjalan dengan bagus," katanya.
Kegiatan kerja sama ini akan meliputi pemanfaatan potensi sumber daya manusia, optimalisasi penelitian dan pengembangan iptek, pendidikan dan latihan, survei dan pemetaan Hidro-Oseanografi, proses alih teknologi alutsista, penerapan hasil-hasil penelitian dan pengembangan untuk kemajuan IPTEK, pengelolaan dan pertukaran data dan informasi yang diperlukan.Menyangkut anggaran, menurut Sumardjono, berasal dari alokasi impor alat pertahanan.
Sumber : KOMPAS.COM
No comments:
Post a Comment