Tuesday, January 24, 2012

Anggaran TNI Tahun 2012 Capai US$8 Milyar

JAKARTA - Pada tahun 2011, Tentara Nasional Indonesia sudah masuk jajaran 10 lembaga dengan anggaran terbesar. Tahun 2012 ini, dengan kenaikan anggaran yang mencapai 27 persen, predikat ini dipastikan bertahan.

Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat Mahfudz Siddiq menyatakan, anggaran TNI untuk 2012 mencapai Rp72,5 triliun atau sekitar US$8 milyar. Di samping itu, masih ada anggaran untuk penambahan alutsista sebesar US$6,6 miliar.

"TNI AD mendapat sekitar US$1,4 miliar, TNI AL mendapat US$2,1 miliar, TNI AU mendapat US$2,6 miliar dan Mabes TNI sekitar US$328 juta," ungkap politikus asal Partai Keadilan Sejahtera itu dalam rapat kerja dengan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Selasa (24/1).

Namun Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menyampaikan, anggaran TNI untuk 2012 hanya mencapai Rp53,53 triliun. Agus tak memasukkan anggaran remunerasi Rp8 triliun dan anggaran untuk Kementerian Pertahanan.

Menurut Agus anggaran tersebut dibagi untukm markas Besar TNI Rp6,27 triliun, TNI AD Rp30,297 triliun, TNI AL Rp9,204 triliun dan TNI AU Rp8,010 triliun.

Anggaran itu terdiri atas belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal. "Anggaran untuk Mabes TNI akan digunakan dalam operasi militer dan yustisi, pemeliharaan alutsista dan non-alutsista," kata Agus.

Sumber : VIVANEWS.COM

2 comments:

Aris Dharmawan said...

memang sudah seharusnya TNI diprioritaskan sekarang, apalagi dengna kondisi ekonomi negara yang makin membaik.

Prioritas Hankam kita selama ini rendah sekali sehingga gampang sekali dilecehkan oleh negara2 tetangga.

Sudah saatnya kita membangun kembali TNI yang kuat, bukan sebagai ancaman pada negara tetangga, tetapi untuk menjaga kedaulatan dan harga diri bangsa.

Punya senjata tidak harus sering ditembakan dengan semena mena koq.

Anonymous said...

Lebih bagus ada anggaran untuk membuat peralatan sendri..dengan program seperti pembuatan pesawat dengan korsel disertai paket alih teknologi itu lebih bagus,jadi untuk ke depannya kita bisa jauh berhemat untuk maintenance dan produksi sendiri kalau perlu berperan sebagai exportir bukan importir lagi..untuk itu harus di pupuk dari sekarang, seperti kemajuan yang dilakukan pt pindad,kembangkan lagi pengetahuan,modal kerja dan pastinya dukungan dari pemerintah dan dpr..yakin kalo udah gini siapa yang berani usik kita....