Sunday, December 18, 2011

KSAD : TNI AD Butuh MBT

JAKARTA — Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, mengatakan hingga kini tidak ada perubahan rencana pembelian 100 Tank Leopard. Karena itu, pihaknya berusaha untuk bisa merealisasikan pembelian itu sebagai wujud modernisasi alutsista setelah 20 tahun tidak melakukannya.

"Yang kami butuhkan tank tempur, tidak ada perubahan," terangnya di kantor Kementerian Pertahanan, Minggu (18/12).

Dijelaskannya, pemilihan tank tempur utama (main battle tank/MBT) jenis Leopard 2A6 sudah melalui berbagai kajian dari beberapa aspek. Antara lain, aspek strategi militer, yakni susunan kekuatan militer yang akan dibangun dan dipersiapkan sejak dini serta asumsi adanya ancaman yang paling mungkin terjadi.

Pramono menyatakan, setiap negara dalam strategi militernya pasti fokus kepada desain kapabilitas objektif, berupa susunan satuan-satuan tempur, bantuan tempur (banpur), dan unsur pendukungnya secara terintegratif dan komprehensif.

Keunggulan militer di atas kertas, imbuhnya, dapat dinilai dari keunggulan kapabilitasnya dari sudut kemampuan daya gerak atau manuver, daya tembak, daya kejut dan daya penghancur, serta daya tahannya sebagai kekuatan. "Baik itu penangkal, penindak, penghancur maupun pemulih," kata Pramono.

Dia melanjutkan, kalau dilihat dari taktik bertempur matra darat, Tank Leopard adalah pilihan yang tepat untuk menghadapi kekuatan darat lawan yang memiliki tank kelas MBT. Dalam taktik bertempur kekuatan tank tempur, kata Pramono, harus dihadapi dengan tank tempur pula.

Ditinjau dari aspek itu, menurut Pramono, keunggulan MBT Leopard bisa digunakan yang meliputi kemampuan daya gerak, tembak, daya kejut dan penghancuran



Belum lagi keunggulan desain teknologinya yaitu, besaran caliber kanonnya (130 mm), jarak capai, kemampuan penetrasi dan penghancurannya serta stabilizer system dan armor protection-nya.

Leopard, sambung Pramono, juga punya keunggulan yang sangat menentukan yaitu, kemampuan firing control system dan automatic target tracking system yang sangat akurat, serta auto ammo loader guna mempercepat daya tembaknya, thermal imaging sight, laser range finder, dan balistic computer.

Pramono mengatakan, aspek geografi Indonesia juga menentukan pemilihan MBT Leopard yang beratnya 63 ton. Tank tersebut dapat bergerak dan bermanuver dengan leluasa di wilayah Indonesia, kecuali di beberapa wilayah tertentu yang tidak memungkinkan bagi manuver tank tempur berat.

Kemudian, aspek training of trainer (TOT) Rheinmetal pabrikan Tank Leopard di Jerman memberikan dukungan penuh berupa trasfer teknologi baik pemeliharaan, operasional dan pengadaan amunisinya bersama PT Pindad, Bandung.

"Inilah alasan kami memilih MBT Leopard. Sisi transfer of technology juga menjadi pertimbangan," beber mantan panglima Kostrad tersebut.

Wakil Mentri Pertahanan Syafrie Samsoedin mengatakan keyakinannya bahwa pembelian tank Leopard bakal tidak ada masalah, dan tahun depan pihaknya menargetkan pembelian 100 Tank Leopard seharga Rp 14 triliun tersebut tuntas. Menurutnya, kalau pembelian tank merupakan bagian modernisasi alutsista TNI peridoe 2011-2015 untuk mencapai kekuatan pokok minimum (essential minimum forces) dengan total anggaran Rp 150 triliun.

"Initial planning pembelian tetap bergerak ke Tank Leopard, karena pengadaan alat tempur ini dibutuhkan untuk mengisi kebutuhan main battle tank," ujarnya.

Sumber : REPUBLIKA.CO.ID

1 comment:

Anonymous said...

Leopard 2A6 itu kaliber 120mm bukan 130mm