Saturday, June 25, 2011

PTDI Berhenti Beroperasi Pada Tahun 2012



BANDUNG - PT Dirgantara Indonesia (PT DI), produsen pesawat terbang dan komponen pesawat, dipastikan berhenti beroperasi pada 2012 akibat kebangkrutan jika tidak segera dibantu pemerintah. Perusahaan menghadapi masalah likuiditas, ditambah rendahnya kepercayaan dari dalam negeri.

Hal tersebut diutarakan Dirut PT DI Budi Santoso saat menerima kunjungan kerja Komisi VI dan XI DPR di kantornya di Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/6). Saat ini PT DI dianggap tidak bankable karena hutang yang harus dilunasi perusahaan. "Sejak 2008, kondisi PTDI sudah limbung. Perusahaan ini bisa kolaps tahun depan apabila tidak dibantu," katanya.

Meski masih mendapatkan pesanan komponen ataupun pesawat, menurut Budi, pihaknya kekurangan modal untuk mengerjakannya sehingga harus meminta talangan kepada PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) sebesar Rp 675 miliar. Pada saat yang sama PT DI juga meminta bantuan dari pemerintah, seperti konversi utang sebesar Rp. 1,4 triliun menjadi modal, agar likuiditas perusahaan pulih lagi.

Pada penyusunan APBN 2012 PT DI juga mengajukan permohonan penanaman modal negara mencapai Rp 2,06 triliun. Uang itu dipergunakan untuk pengembalian dana talangan kepada PT PPA sebanyak Rp 675 miliar, modal kerja Rp 391 miliar, investasi berupa pembelian alat produksi Rp 707 miliar, serta regenerasi dan dekomposisi sumberdaya manusia Rp 282 miliar.

Beberapa pesanan yang masih dikerjakan PT DI adalah dua pesawat tipe CN-235 dari empat unit yang diminta Korea Selatan untuk pasukan penjaga pantai. Belum termasuk pesanan komponen helikopter dari Eurocopter. Pihaknya juga sedang mengembangkan purwarupa pesawat berkapasitas 19 orang seri N-219 dengan spesifikasi menyerupai Twin Otter untuk daerah yang belum punya landasan panjang.

Selain soal modal, PT DI juga menghadapi masalah tenaga kerja yang pelik. Budi mengungkapkan, tidak banyak insinyur kedirgantaraan yang memilih bekerja di PTDI. Mereka lebih memilih ke luar negeri karena tunjangan yang lebih besar.

"Kami hanya bisa mengajak para insinyur itu bergabung ke PT DI dengan alasan membela merah putih," ujar Budi. Karyawan PT DI saat ini 3.720 orang.

Ketua Komisi VI DPR Airlangga Hartarto menuturkan, PT DI adalah industri dalam negeri yang wajib dibantu, selain penting untuk keperluan alutsista militer Indonesia. Untuk itu ia bakal memperjuangkan bantuan bagi PT DI kepada Badan Anggaran DPR dalam pembahasan APBN 2012, Airlangga berharap semua pihak memiliki komitmen untuk membangkitkan kembali Industri dirgantara nusantara.

Sumber : KOMPAS

3 comments:

Anonymous said...

Semakin banyak f-16 butut yang dikirim si kolonialis amerika serikat kadal jadah maka semakin dekat detik-detik hari invasi, ekspansi, agresi, dan imperialisasi ke negara Republik Indonesia!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
semakin banyak kepala negara mencuri harta rakyat maka semakin banyak jumlah tumbal ruyati TKW asal Bekasi akan berjatuhan gugur sia-sia ditempat mengadu nasib saudi Arabia!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Oh Bung Karno, Mahapatih Gajah Mada, dan Jendral Soedirman datanglah ruh-ruhmu sebagai utusan Ilahi Rabbi Sang Maha Pencipta yang akan mencabut nyawa dan mencekik leher para pemimpin Republik Indonesia yang telah durjana menelantarkan dan menjerumuskan bangsa, negara, dan harta Ibu Pertiwi!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
datanglah datanglah datanglah datanglah!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Aeldie said...

berarti amerika hibahkan pesawat ke indonesia sukses untuk abaikan pt DInya, agar indonesia tidak bisa mandiri,, itulah bangsa ini kalau tetap di pimpin oleh mental pengemis

Lamberth Hitong, Timika said...

Betul----itu, knapa kita lebih senang dengan hibah, dimana dana untuuk upgrade pesawat justru sangat mahal. mending beli pesawat tempur terbaru dari rusia. Wahhhh...kalu berhenti beroperasi...lalu gimana dengan nasib kfx...???