LHD Mistral, Kapal Serang Amfibi Terbaru Rusia Dari Perancis (VI)
Sistem Pendorong Kapal
Mistral dan Tonnerre adalah kapal pertama yang mempelopori penggunaan sistem pendorong azimut (azimuth thrusters), yakni sistem teknologi yang memungkinkan kapal bermanuver dengan baik.
Berbeda dengan sistem konvensional yang menggunakan batang as penggerak propeler, azimuth thruster adalah baling-baling propeler kapal yang digerakkan secara elektris oleh lima alternator diesel V32 dengan sumbu orientasi yang bisa bergerak ke setiap sudut.
Untuk jangka panjang, sistem pendorong ini masih terus diuji dan dikaji kehandalannya. Namun berdasarkan kajian, teknologi ini dirasa cukup berhasil digunakan di kapal-kapal angkut amfibi seperti kelas Rotterdam Belanda, kelas Galicia Spanyol, kelas Albion Inggris dan kelas Canberra Australia.
Kabin Awak kapal
Penghematan ruang berkat penggunaan teknologi pendorong azimuth memungkinkan pengembangan kabin-kabin untuk mengakomodir semua fungsi dan tugas awak kapal lebih baik dan optimal.
Bahkan kabin-kabin Mistral tidak tampak lagi mesin-mesin dan pipa-pipa yang membypass ruangan. Kabin kru terletak di bagian depan kapal, tingkat kenyamanan awak Mistral sebanding dalam tingkat kenyamanan kabin kapal pesiar yang dibangun galangan kapal Chantiers de l'Atlantique.
Kabin kru di kapal LHD Mistral
Di setiap kapal terdapat 15 perwira, dimana masing-masing perwira memiliki kabin sendiri. Sedangkan bintara senior menempati satu kabin ber-dua, untuk junior dan prajurit ditempatkan dalam satu kabin yang cukup untuk menampung 4 hingga 6 personil.
Kondisi akomodasi awak bisa dikatakan cukup baik di bandingkan kapal AL Prancis lainnya, saat wakil KSAL Amerika Serikat laksamana Mark Fitzgerald melakukan kunjungan ke kapal kelas Mistral pada Mei 2007 sempat menyatakan kabin kru Mistral adalah yang terbaik dari kabin kapal perang yang pernah dilihatnya selama ini.
Sejarah Operasi
Kapal amfibi kelas Mistral telah mendapatkan sertifikasi khusus sebagai salah satu unsur kekuatan angkatan laut NATO Response Force (NRF), dengan sertifikasi ini Mistral dimungkinkan untuk ikut ambil bagian dalam operasi-operasi gabungan Joint Task Force.
AL Perancis pernah menurunkan gugus tugasnya di NRF-8 pada Januari 2007, termasuk didalamnya 1 kapal komando amfibi dan 8 kapal berbagai varian. Kontribusi selanjutnya pada Januari 2008 di NRF-10, dengan mengikut sertakan unsur kapal selam AL Perancis yang dikirim usai mengikuti latihan skala Nasional bertajuk “Nobel Midas Exercise”.
Mistral saat melakukan proses evakuasi warga Prancis di Lebanon
Mistral menjalani uji layar (sea-trial) perdana pada 21 Maret - 31 Mei 2006, dengan mengarungi lautan Mediterania dan Samudera Hindia.
Menyusul dimulainya Perang Lebanon pada tahun 2006, Mistral adalah salah satu dari empat kapal Perancis yang dikerahkan ke perairan Libanon sebagai bagian dari Opération Baliste.
Kapal ini diperbantukan untuk mengevakuasi dan melindungi warga negara Perancis di Libanon dan Israel. Mistral menurunkan 650 tentara dan 85 kendaraan, termasuk 5 tank AMX-10 RC dan sekitar 20 VAB dan VBL. Empat heli pendukung juga disiapkan di atas kapal, selama operasi ini Mistral berhasil mengevakuasi 1.375 pengungsi.
FS Tonnerre pada Juli 2007 juga pernah dilibatkan dalam Opération Licorne, yakni operasi yang melibatkan pasukan penjaga perdamaian PBB asal Perancis di Pantai Gading. Heli Gazelle dan Cougar dari AU Perancis ikut terlibat dalam operasi khusus pada 9 Juli 2007.
Awal tahun 2008, Tonnerre juga terlibat dalam misi Corymbe 92, sebuah misi kemanusiaan di Teluk Guinea. Selama penempatannya, FS Tonnerre berada dibawah koordinasi operasi pusat European Maritime Analysis yang membidani pemberantasan perdagangan narkotika.
Dalam operasi ini AL Perancis berhasil mencegah penyelundupan kokain sejumlah 5,7 ton, kokain-kokain ini didapat dari kapal nelayan di Monrovia pada 29 Januari seberat 2,5 ton dan 3,2 ton dari kapal kargo di Conakry.
Pada Mei 2008 topan Nagris menghantam Burma, peristiwa ini menjadi bencana terburuk di wilayah tersebut. Mistral yang cakupan operasinya termasuk di wilayah Asia Timur kemudian melakukan misi kemanusiaan dengan membawa logistik bantuan berupa makanan dan obat-obtan ke Burma. Namun disayangkan kapal ditolak masuk ke pelabuhan-pelabuhan di negara tersebut, bantuan hanya diijinkan diterbangkan lewat helikopter. Copyright ALUTISISTA
No comments:
Post a Comment