Friday, November 26, 2010

Rencana Pengadaan F-16 Baru Tak Pengaruhi Anggaran Pembelian Sukhoi


Menhan Purnomo Yusgiantoro di cockpit Sukhoi

JAKARTA - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan biaya meretrofit 24 pesawat tempur F-16 yang akan dihibahkan Amerika Serikat kepada Indonesia tidak akan mengganggu pos belanja pesawat tempur Sukhoi.

"Saya perlu tegaskan bahwa hibah itu sama sekali tidak mempengaruhi anggaran untuk belanja Sukhoi. Anggarannya ada tersendiri," ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro kepada Suara Karya usai pembukaan penyampaian informasi tentang ASEAN Defence Ministers Meeting (ADMM) 2010 di Jakarta, Kamis (25/11).

Sebelumnya, Ketua Komisi I DPR Mahhfudz Siddiq mengatakan akan mendorong Kementerian Pertahanan dan TNI untuk menolak hibah pesawat tempur F-16 AS. DPR khawatir pesawat F-16 bekas itu akan memboroskan anggaran melalui perawatan dan penggantian suku cadang.

Pada sisi lain, kata Purnomo, pemerintah masih mempertimbangkan membeli pesawat tempur F-16 baru sebanyak 6 unit atau menerima tawaran hibah 24 unit F-16. "Hal tersebut sedang dikaji. Kita punya dana untuk membeli enam pesawat baru. Kalau dana itu bisa dipakai untuk meretrofit 24 pesawat bekas jelas kita akan gunakan. Tapi, tim sekarang ini masih mengkaji dan hingga kini belum ada keputusan," katanya.

Konflik Korut Korsel


Terkait dengan terjadinya konflik Korea Utara dan Korea Selatan saat ini, Menhan ketika ditanya wartawan menyampaikan keprihatinan atas kejadian tersebut. Para pihak sebaiknya dapat duduk bersama dan lebih menggunakan smart power, dengan mengedepankan jalur diplomasi, dalam menyelesaikan konflik yang ada. Mengingat hal tersebut tidak saja mempengaruhi kondisi ekonomi dan politik di negara yang berkonflik, namun akan berimbas pada negara kawasan maupun secara global.

Indonesia mendorong dilakukan pertemuan six party yang melibatkan China, Jepang, Rusia dan Amerika Serikat serta kedua negara Korea yang sedang bertikai tersebut.

Lebih lanjut Menhan juga menambahkan, bahwa kondisi konflik yang ada tidak akan mempengaruhi hubungan Indonesia dengan kedua negara, mengingat Indonesia menganut politik luar negeri yang bebas dan aktif. Hal tersebut juga tidak akan mempengaruhi pemesanan alut sista produksi dalam negeri ke negara gingseng tersebut.

Sumber : SUARA KARYA/ DMC

No comments: