Hasil Retrofit Hercules Masih Bermasalah
MALANG - Hasil program peremajaan empat pesawat C-130 Hercules masih menyisakan permasalahan pada sistem avionik dan non avionik.
Kadislog Pangkalan Udara Abdurahman Saleh Asfan Jauhari kepada Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, di Malang, Kamis (14/10) mengatakan, beberapa permasalahan itu telah disampaikan kepada Singapura.
Pada 2005 Indonesia melakukan peremajaan terhadap empat pesawat C-130 Hercules tipe B yang ber"home base" di Skuadron Udara 32, masing-masing bernomor ekor A-1302, A-1305, A-1308 dan A-1312.
Dari empat pesawat itu, dua menjalani peremajaan di Depo Pemeliharaan 10 Pangkalan Udara Husein Sastranegara dan Depo 30 Pangkalan Udara Abdurahman Saleh.
Sedangkan dua lainnya di Singapura, yang mencakup perbaikan airframe (badan pesawat), modifikasi mesin dan modifikasi avionik.
Namun, lanjut Asfan, ada beberapa permasalahan yang masih tersisa dari hasil retrofit tersebut.
Masalah itu antara lain, auto pilot rusak dan adanya komponen penunjuk trafik pesawat yang tidak mencukupi jika mengalami kerusakan, katanya.
Pada program retrofit tahap II, ada lima pesawat sejenis yang akan diajukan yakni A-1303, A-1304, A-1309 dan 1310.
Kelimanya akan di-retrofit di Indonesia yakni di Depo Pemeliharaan 10 dan 30 TNI Angkatan Udara.
Pada kesempatan itu, Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin melakukan pemeriksaan terhadap satu unit Hercules hasil retrofit (A-1308) dan satu unit Hercules yang akan di-retrofit.
Siap Operasi 2013
Kementerian Pertahanan menargetkan tahun 2013 semua pesawat angkut Hercules C-130 siap dioperasikan. Untuk itu, Kementerian Pertahanan meminta TNI AU lebih cermat dan kreatif mengelola anggaran pemeliharaan.
”Kami sudah terima laporan bahwa saat ini ada satu batalyon (11 pesawat) C-130 yang siap mengudara. Diharapkan, pada 2013 kita sudah sanggup mengudarakan dua batalyon,” ujar Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.
Menurut dia, saat ini Indonesia memiliki 21 pesawat Hercules C-130. Jadi, baru separuh dari jumlah tersebut yang siap mengudara. ”Untuk itu, kami akan meningkatkan anggaran pemeliharaan, baik lewat APBN maupun lewat cara yang sekarang dilakukan, yakni program retrofit,” ujar Sjafrie seusai melihat kondisi pesawat Hercules C-130 milik Skuadron 32 di Abdulrachman Saleh.
Program retrofit atau pemutakhiran pesawat angkut Hercules C-130 dahulu dilakukan di Singapura. Namun, kini retrofit sudah bisa dikerjakan di dalam negeri. ”Ada lima pesawat Hercules dari skuadron ini yang diretrofit di Bandung,” ujarnya.
Namun, kata Sjafrie, pemerintah berusaha keras agar bisa melakukan pengadaan pesawat. ”Penambahan pesawat ini tentunya lewat proses G to G (government to government). Ada beberapa negara sahabat yang telah menyampaikan keinginan mereka memberi hibah pesawat,” ujar Sjafrie.
Dari Malang, dengan menggunakan helikopter, Sjafrie menuju PT Lundin Industry Invest di Banyuwangi, Jatim. Di pabrik itu Sjafrie menyaksikan pembuatan kapal berbahan komposit untuk keperluan militer. Pekerja PT Lundin tampak sibuk mengerjakan beberapa unit kapal patroli tipe Catamaran.
Sebagian pekerja lain sibuk merapikan badan kapal tipe rigid-inflatable boat (RIB). Namun, perhatian rombongan tertuju pada pembuatan prototipe Kapal Cepat Rudal Trimaran yang dipesan TNI AL. Kapal tiga lunas ini bisa mengangkut satu kapal RIB. Pemilik PT Lundin, John Lundin, kepada Sjafrie menegaskan, perusahaannya bukan kompetitor PT PAL.
Sumber : ANTARA
No comments:
Post a Comment