PT DI Rakit Kerangka Helikopter Pesanan Eropa
BANDUNG - PT Dirgantara Indonesia pada Januari ini memulai pembuatan kerangka helikopter pesanan perusahaan pabrikan helikopter asal Eropa, Eurocopter. Pesanan berjumlah 125 unit itu ditargetkan bisa dipenuhi sampai 2020.
Permulaan kerja itu ditandai dengan perakitan awal di hanggar PT DI, Rabu (27/1) di Bandung. Hadir dalam acara itu Vice President Airframe Eurocopter (EC) Andreas Stoeckle, President Director Eurocopter Indonesia Henry Stell, dan Direktur Utama PT DI Budi Santoso.
Dalam kerja sama itu, PT DI akan mengerjakan bagian kerangka (airframe) yang terdiri atas ekor (tailboom) dan badan (fuselage) dari helikopter jenis Super Puma keluaran terbaru, EC 725 dan EC 225. ”Kesepakatan produksi dengan EC telah ditandatangani pada 2008. Kerja sama ini sendiri dirintis sejak 1978,” kata Budi.
Pada 1978, PT DI yang masih bernama Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) menjalin kerja sama dengan pabrik helikopter Eropa untuk merakit helikopter Puma NAS 330. Kerja sama itu berlanjut dengan pembuatan kerangka helikopter Super Puma NAS 332 sejak 1981. Helikopter EC 725 dan EC 225 yang kini sedang dikerjakan merupakan pengembangan dari helikopter Super Puma Nas 332.
Stell mengatakan, perbedaan mendasar antara EC 725 dan EC 225 terletak pada peruntukannya. Helikopter EC 725 khusus dibuat bagi keperluan militer. Saat ini Angkatan Udara Perancis sudah menggunakan helikopter jenis tersebut. Adapun EC 225 untuk keperluan sipil. Dalam pembuatan kerangka helikopter itu, PT DI sepenuhnya mendapatkan bahan dari Eurocopter.
Tahapan produksi dimulai dengan membuat bagian ekor pada Januari 2010 dan bagian badan mulai Mei 2010. Produksi pertama bagian ekor harus diserahkan pada Oktober 2010, sedangkan bagian badan pada November 2011.
Sementara itu, di Yogyakarta, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Madya Imam Sufaat mengatakan, pada 2010, TNI AU mengalokasikan anggaran Rp 900 miliar untuk pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Hal tersebut bertujuan untuk mengejar kemajuan alutsista, yang selama ini kurang layak.
Sumber : KOMPAS
No comments:
Post a Comment