Thursday, November 19, 2009

TNI 'Kembali' Susun Ulang Cetak Biru Alutsista



JAKARTA - Lokakarya tentang revitalisasi industri pertahanan membuat TNI menyusun kembali cetak biru kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista). TNI akan menyesuaikan dengan program pemberdayaan industri strategis dalam negeri.

Hal ini disampaikan oleh Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso kepada wartawan di Jakarta, Kamis (19/11). "Dalam rumusan nanti diperlukan rumusan seperti apa. Sesuai dengan pengarahan presiden, sejauh alutsista itu bisa dipenuhi dari dalam negeri akan dipenuhi dari dalam negeri, apakah itu dari Pindad, PT DI, atau PT PAL," kata Panglima.

Ia mengaku belum diperoleh kesepakatan karena lokakarya ini masih berjalan. Rumusan kesepakatan akan dilakukan setelah lokakarya itu selesai. Terkait lokakarya, beberapa kebutuhan alutsista yang disampaikan oleh masing-masing angkatan kepada produsen, yakni BUMN Industri Strategis (BUMNIS). Meski belum membicarakan anggaran yang diperlukan, ia berharap dengan ada dukungan pembiayaan dari pemerintah secara bertahap.

"Dari TNI AD, masih memerlukan tambahan beberapa heli angkut dan tempur, meriam penangkis udara, meriam artileri medan, kendaraan lapis baja. TNI AL memerlukan tambahan kapal selam, kapal perusak, kapal patroli untuk penegakan hukum di laut. Begitu juga, TNI AU yang diperlukan adalah pesawat angkut seperti hercules, mungkin perlu diperbanyak. Kemudian, satuan patroli maritim," jelasnya.

Kepala Pusat Penerangan TNI Marsekal Muda Sagom Tamboen menerangkan bahwa program pembangunan kekuatan (probangkuat), sebagai wujud cetak biru, sebenarnya sudah disusun hingga jangka waktu 24 tahun. Namun, probangkuat tersebut masih belum fokus karena belum menyelaraskan dengan pemberdayaan industri dalam negeri. Berapa persen produk lokal yang dimuat dalam probangkuat, ia mengaku tidak dapat mengkalkulasi. Begitu pula dengan persentase pengalihan.

"Sulit kita tentukan itu karena kita berbicara unit per unit. Misalnya, saat ini kita coba merancang kapal selam bersama Korsel. Sudah disepakati berapa persen komponen yang dibuat disini dan di Korsel. Nah, itu belum detil," terangnya.

Sumber : MEDIA INDONESIA

No comments: