Monday, September 07, 2009

Sisa Pendanaan Alutsista Dari Rusia Sebesar US$900 Juta



JAKARTA - Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Departemen Keuangan menyatakan pemerintah Indonesia masih memiliki sisa komitmen pendanaan Alutsista dengan Rusia senilai US$900 juta. Sisa pagu tersebut diharapkan dapat digunakan pada 2010.

Direktur Pinjaman dan Hibah Departemen Keuangan DJPU Maurin Sitorus mengatakan dana sebesar itu adalah sisa dari komitmen yang pernah disepakati pada tahun 2007 lalu.

"Saat itu ada komitmen untuk state credit untuk pembelian peralatan alutista dari Rusia (BMP3F, Mi-35, KILO Class dan persenjataan Sukhoi) dengan pagu sebesar US$1 miliar, namun yang baru terpakai hanya US$100 juta," kata Maurin di Jakarta, Sabtu (5/9).

Pagu tersebut baru terpakai sedikit karena saat itu negosiasi harga tidak berjalan mulus. "Negosiasi berjalan alot, sehingga realisasi minimal," katanya.

Menurutnya, untuk 2010, pemerintah akan mengusahakan dana ini guna mengoptimalkan pembelanjaan alutista Indonesia. "Nanti mengenai alutista sendiri kami harapkan ada kelanjutan G to G dari pagu yang tersisa," katanya.

Ia menilai, sisa pagu ini, bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Dalam hal ini, pihak Rusia yang menjalin kerjasama ini adalah BUMN Rusia, Rosoboron Export yang merupakan partner Departemen Pertahanan (Dephan) RI.

Pinjaman Dana Alutsista Dalam Negeri

Dari dalam negeri, kata Maurin, untuk memperkuat persenjataan dalam negeri, pemerintah tahun lalu juga telah mengeluarkan PP 54 tahun 2008 tentang pinjaman dalam negeri. "Sesuai dengan PP ini tahun depan kita menganggarkan Rp.1 triliun untuk pembiayaan alutista yang dihasilkan dari dalam negeri," ujar Maurin.

Sumber anggaran Rp.1 triliun ini, kata dia, asalnya dibatasi hanya dari BUMN, Pemda dan institusi yang memiliki anggaran surplus. "Itu karena sifatnya pinjaman dalam negeri, nanti mungkin pertama akan diusahakan dari perbankan. Sebab pembiayaan alutisista, kebutuhan itu kan kadang muncul di tengah tahun anggaran," ujarnya.

Sumber : MEDIAINDONESIA.COM

No comments: