Friday, September 04, 2009

Scorpène, Kapal Selam Baru Andalan TLDM (I)



Kapal selam pertama TLDM (Tentera Laut Diraja Malaysia) Kamis, 3 September 2009 akhirnya tiba di pangkalan utama TLDM di Selat Malaka setelah berlayar 55 hari dari Prancis. Acara sambutan resmi pun langsung digelar menyambut kapal selam serbu terbarunya ini di Port Klang hari itu juga.

Usai acara kapal yang di komandani Kapt.Laut Zulhelmy Ithnain dan 35 awak kru KD Tunku Abdul Rahman (KD TAR) akan melanjutkan perjalanan ke pangkalan TLDM di Pulau Indah naval base, Lumut. Hadir dalam acara tersebut PM Malaysia Nazib Tun Razak dan Menhan Dato' Seri Achmad Zahid Bin Hamidi. KD TAR akan mengakhiri lawatannya di teluk Sepanggar dekat Kota Kinabalu, Sabah, sebagai homebase-nya pada 17 September nanti.

Kapal selam hasil penyempurnaan kelas Aréthuse (Diesel), dikombinasikan dengan teknologi konstruksi kapal selam nuklir dan teknolgi terbaru MESMA/ AIP menjadikan kapal selam Scorpène tercanggih di kelasnya.

Sekilas Scorpène

Kapal selam kelas Scorpène (scorpion) adalah varian terakhir kapal selam kelas SSK (Diesel) buatan Direction des constructions navales (DCN), yang kini berganti nama menjadi Direction des Constructions Navales Services (DCNS).

Kapal ini mengadopsi kapal selam diesel terkenal kelas Aréthuse. Scorpène sendiri mempunyai tiga varian : Scorpène Basic, Scorpène Basic-dengan AIP dan Scorpène Compact. TLDM membeli 2 unit varian Basic dengan AIP.

Disain kapal dikembangkan secara paralel mengaplikasi pada kapal selam SSN (nuklir) dan SSBN (balistik-nuklir) AL Perancis. Kapal selam dengan teknologi terbaru, kombinasi antara kapal selam diesel-elektik dan kapal selam nuklir berhasil menciptakan bentuk dan ukuran yang sempurna sebagai kapal selam serbu yang efektif, inovatif dan efisien dalam biaya perawatan.

Di bangun dan dikembangkan bersama antara DCNS dan Navantia-Spanyol (sebelumnya E.N. Bazán), Scorpène dirancang khusus untuk misi-misi ASW (anti-submarine warfare) dan ASuW (anti-surface warfare). Selain itu kapal selam ini juga dirancang khusus untuk operasi dan misi pengintaian sebagai wahana pengumpul data-data intelijen guna mengantisipasi ancaman dari pihak luar.

Kontruksi Scorpène

Di Prancis pembuatan dan perakitan Scorpène dilakukan di dok DCNS di Cherbourg, sekitar 400 Km dari Paris-Prancis. Sedangkan Spanyol membangunnya di dok Cartagena Shipyard, Navantia. DCNS bertanggung jawab dalam membangun bagian haluan (bow sections) dan Navantia pada bagian buritan (aft sections).

Desain Scorpène dibuat guna mencapai hasil maksimum dalam menciptakan kapal yang amat-sangat senyap dengan kemampuan deteksi lebih baik tanpa mempengaruhi daya jelajahnya.

Bentuk lambung, performa dan struktur kapal dirancang khusus dengan desain hydrodynamic. Beberapa perangkat yang terpasang mendukung tingkat elastisitas struktur badan kapal, yang pada gilirannya berpengaruh dengan tingkat isolasi kabin yang lebih baik. Isolasi juga memberikan proteksi lebih baik dengan peralatan pelindung yang memadai.

Struktur kapal menggunakan baja khusus HLES (high elasticity steel) berbentuk modular (melingkar) serupa seperti yang digunakan kapal selam SSBN, memungkinkan kapal mampu melakukan penyelaman hingga kekedalaman lebih dari 300 meter. Pemakaian baja dengan tingkat kelenturan tinggi berdampak pada pengurangan tekanan berat badan kapal (displacement), sehingga dapat mereduksi beban dan berpengaruh pada peningkatan muatan bahan bakar dan persenjataan.

Celah diantara dek, dipasangkan perangkat berbahan elastis dan memiliki sistem peredam suara ganda untuk mengurangi risiko radiasi suara yang terpancar ke luar kapal. Sistem kontruksi seperti ini terus dikembangkan dan telah diaplikasi dalam pembuatan kapal selam nuklir.

Selain mengaplikasi teknologi bentuk lambung modular, Scorpène juga mengaplikasi : motor penggerak synchronous, mesin diesel turbo-charged 2 tingkat dan batere berkapasitas besar. Keseluruhan teknologi ini untuk mengoptimalkan arsitektur kapal dalam mereduksi gelombang akustik.

Bentuk kapal pun didesain untuk tidak menimbulkan suara saat melaju dan bermanuver di dalam air, serta menyerap gelombang akustik yang dipancarkan sonar lawan. Setiap peralatan yang dipilih harus memenuhi standar minus gelombang akustik, dan instalasinya harus dilakukan dengan kriteria ini (quiet-made).

Saat kontruksi kapal dikerjakan, desain modular memungkinkan kapal dapat mengakomodasi sistem pembangkit udara independen (AIP/air-independent propulsion). Di Prancis system ini dinamakan MESMA (Module d'Energie Sous-Marine Autonome). ©alutsista

1 comment:

martolegowo said...

Minta tolong kepada moderator menampilkan juga kelemahan-kelemahan kapal ini dan komparasinya dengan kelas kilo 636. Apakah kilo class 636 adalah lawan yg sebanding dgn kapal ini?