Kenaikan Anggaran Pertahanan 2010 Fokus ke Alutsista
KRI Teluk Sabang-544 dari kelas Frosch buatan 1970-an
Hasil Audit Alutsista: Kesiapan TNI Hanya 35%
JAKARTA - Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengatakan kenaikan anggaran pertahanan pada 2010 sebesar Rp7,02 miliar dibanding 2009, sebagian besar akan digunakan untuk pengadaan alutsista TNI.
Berbicara dalam rapat kerja bersama Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso beserta ketiga kepala staf angkatan dengan Komisi I DPR, Senin (14/9) Menhan mengatakan Departemen Pertahanan/TNI pada 2010 mendapat alokasi anggaran sebesar Rp40,7 miliar.
"Dari kenaikan itu, untuk kegiatan operasi kita alokasikan Rp559,8 miliar, pendidikan dan latihan Rp196,3 miliar, kesejahteraan prajurit Rp465,3 miliar, dan pemeliharaan alutsista Rp791,9 miliar," katanya.
Sedangkan sisanya sebesar Rp2.454,2 miliar (US$ 245 juta) untuk pengadaan alutsista baru TNI, kata Juwono menambahkan. Sebelumnya, berdasar hasil audit bersama antara Departemen Pertahanan dan Mabes TNI tentang alutsista terungkap kesiapan rata-rata persenjataan TNI hanya 35 persen.
Hasil itu tampak dari kondisi alutsista TNI saat ini, kendaraan tempur TNI Angkatan Darat 61,81 persen, Kapal Perang TNI Angkatan Laut 16,55 persen dan kesiapan pesawat tempur TNI Angkatan Udara sekitar 30,88 persen.
Karenanya, lanjut Juwono, sasaran pengadaan alutsista serta pemeliharaanya pada Tahun Anggaran 2004-2009 adalah meningkatnya jumlah dan kondisi peralatan pertahanan agar mampu menyelenggarakan pertahanan negara secara terpadu dan berkelanjutan sesuai skala prioritas ke arah pertahanan yang integratif matra darat, laut, dan udara.
"Terkait itu perlu mengganti alutsista yang sudah habis masa usia pakainya dengan persenjataan berteknologi tinggi terkini dengan mempertahankan kondisi alutsista untuk memperpanjang usia pakainya untuk meningkatkan kualitas senjata untuk mencapai kekuatan pokok minimum," katanya.
Selain itu, meningkatkan dan mengikutsertakan industri dalam negeri melalui program transfer tekonologi untuk meningkatkan pemberdayaan industri dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan terhadap negara lain, kata Juwono.
Sepanjang 2004-2009, kata dia, telah dilakukan berbagai upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan yang ada melalui "repowering" dan "retrovit" dengan capaian dari total pengadaan sebanyak 172 program sudah selesai 32 program dan sisanya belum ditetapkan. "Rendahnya capaian itu dikarenakan panjangnya proses perencanaan hingga pengadaan," jelasnya Juwono.
Kanibalisme Sukucadang
Selain itu, memprioritaskan pemeliharaan alutsista TNI berdasar skala prioritas, dari hasil audit juga tampak bahwa penurunan pemeliharaan persenjataan TNI dikarenakan keterbatasan suku cadang, menurunnya kondisi `tools` dan fasilitas pendukung seperti hanggar `dacking`, bengkel yang kurang memenuhi syarat.
Dari hasil audit juga tergambar, keterbatasan anggaran untuk pemeliharaan alutsista mengakibatkan TNI masih melakukan kanibalisme, memperpanjang usia pakai pada suku cadang tertentu, untuk memenuhi kebutuhan operasional.
Juwono menambahkan, keterbatasan anggaran yang berujung pada kesiapan alutsista berpengaruh terhadap latihan dan pemberdayaan sumber daya manusia.
"Misalnya di lingkungan TNI Angkatan Udara jumlah penerbang Hercules saat ini ada 47 orang yang bisa terbang hanya delapan unit, untuk helikopter Puma ada 56 orang sedangkan pesawat yang siap terbang hanya sembilan unit, sedangkan untuk tempur dari 90 orang hanya disiapkan 21 unit pesawat tempur," tuturnya.
Sumber : MEDIAINDONESIA.COM
No comments:
Post a Comment