Friday, August 14, 2009

TNI Rombak Pola Antisipasi Terorisme



JAKARTA - TNI merombak pola antisipasi dan penanganan terorisme, sesuai modus dan target yang dituju para pelaku tindak pidana terorisme, terutama pascapeledakan bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton pada 17 Juli 2009.

Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso ketika dikonfirmasi di Jakarta, Jumat (14/8) mengatakan, perombakan pola antisipasi dan penanganan terorisme itu terutama ditujukan pada pengamanan simbol-simbol negara, tanpa mengabaikan kemungkinan ancaman pada obyek lainnya.

"Kita tahu sasaran aksi terorisme belakangan ini adalah presiden, dan presiden itu menjadi tanggungjawab TNI, maka otomatis kita akan evaluasi dan rombak polanya," katanya, usai menghadiri Rapat Paripurna DPR yang mengagendakan pidato kenegaraan Presiden Dalam Rangka HUT ke-64 RI.

Perombakan pola pengamanan presiden terkait ancaman terorisme, dilakukan di setiap tingkatan secara berjenjang termasuk kunjungan presiden ke daerah.

"Karena itu, kita akan perkuat kapabilitas, daya mampu dari pasukan pengamanan presiden (paspampres) mulai dari kemampuan personel hingga perlengkapan dan peralatan yang digunakan," kata Panglima TNI.

Djoko menambahkan, secara umum TNI akan memperkuat daya mampu satuan dan desk antiteror yang telah dimiliki setiap komando daerah militer yang tersebar di daerah. "Kami juga akan merombak pola pembinaan teritorial agar dapat bekerja lebih efektif dan tepat sasaran, untuk dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang ancaman terorisme dan penanggulangannya," tuturnya.

Dengan begitu, lanjut Djoko, deteksi dan cegah dini terhadap ancaman terorisme dapat berjalan optimal.

Pada pidato kenegaraan dalam rangka peringatan hari ulang tahun ke 64 kemerdekaan Republik Indonesia di depan rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Jumat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, negara tidak boleh dan tidak akan kalah melawan aksi-aksi terorisme .

Presiden mengatakan teroris menginginkan bangsa Indonesia tercekam dalam suasana yang ketakutan dan kemudian menghentikan kegiatan sehari-hari.

"Saya ingin menegaskan bahwa negara tidak boleh dan tidak akan kalah melawan terorisme. Pemerintahan yang saya pimpin akan terus berjalan sebagaimana mestinya, melindungi rakyat, melayani rakyat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia," katanya.

Presiden menyatakan, aksi terorisme dengan melakukan pemboman di tempat-tempat umum adalah tindakan yang sungguh tidak berperikemanusiaan. Korbannya adalah orang-orang yang tidak berdosa, baik warga negara sahabat maupun warga negara Indonesia sendiri.

Presiden mengungkapkan dalam aksi terorisme kali ini, ada suatu gejala yang baru yaitu aksi terorisme ditujukan langsung untuk melawan negaranya sendiri, termasuk rencana asasinasi (pembunuhan-red) kepada kepala negaranya.

Sumber : MEDIAINDONESIA.COM

No comments: