Wednesday, March 11, 2009

Belanda Bantu Pembangunan Korvet Nasional


KRI Frans Kaisiepo-368

JAKARTA - "Schelde Naval Shipbuilding-Belanda menyatakan kesediaannya membantu PT PAL membangun korvet nasional (Kornas), Mereka siap mengajarkan teknisi Indonesia," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Iskandar Sitompul kepada Jurnal Nasional di Jakarta, Selasa (10/3).

Dia menyatakan, tahap awal PT PAL direncanakan mulai mengirim para teknisi perkapalan dan persenjataan ke Belanda. Selanjutnya, TNI AL akan mengirim teknisinya mempelajari seluk-beluk kapal tersebut. "Nantinya saat memulai pembangunan Kornas teknisi Schelde memantau langsung ke PT PAL," kata Iskandar.

Pembicaraan semakin mengerucut usai diserahterimakan KRI Frans Kaisiepo-368, korvet Sigma (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) terakhir pesanan TNI AL, di Belanda, pekan lalu. Hadir dalam peresmian Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono dan Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno.

Indonesia memesan empat kapal korvet Sigma dari Negeri Kincir Angin itu dengan nilai total nilai 700 juta euro (sekitar Rp.8 triliun). Ketiga kapal pertama telah datang secara bertahap sejak medio 2007. Iskandar mengatakan, jangan sampai Indonesia kehilangan momentum pembangunan korvet kelima di dalam negeri.

"Apalagi mereka sudah berkomitmen melakukan alih teknologi," kata dia. TNI AL berharap PT PAL telah mulai membangun korvet tahun 2010. "Tapi realisasi pembangunan korvet kembali pada anggaran yang disediakan pemerintah," kata dia.

Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan Letjen Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, korvet nasional baru akan masuk perencanaan anggaran 2010-2014. "Pelaksanaannya masih dinamis, bisa maju, bisa mundur," kata dia. Anggaran pembangunan korvet di dalam negeri memang tidak murah.

Hampir dua kali lipat harga kapal sejenis yang dibangun di Belanda. Permasalahannya, tambah Sjafrie, tidak hanya keterbatasan dana. Kesiapan BUMN yang dilibatkan juga harus diperhatikan. Realitanya, kemampuan teknologi kita belum maksimal memenuhi kebutuhan operasional. "Masih butuh pendampingan teknologi dari luar," katanya.

Senada dengan Iskandar, Sjafrie mengatakan, Belanda mempunyai peluang terbesar menjadi mitra PT PAL membangun korvet. Alasannya, Belanda paling berkomitmen menerapkan alih teknologi kapal permukaan. "Tapi tetap akan ada pengujian kelayakan dari masing-masing galangan," kata dia.

Sumber : JURNAS

No comments: