Monday, December 22, 2008

Operasi Anti-Teror TNI & Polri dilakukan Serentak Kemarin



AKSI terror bom dan upaya penyanderaan oleh jaringan teroris internasional yang mengancam beberapa hotel di Indonesia berhasil digagalkan dan dipatahkan oleh operasi gabungan Polri dan TNI.

Seperti yang terjadi di Hotel Quality dan Hotel Jayakarta, Yogyakarta. "Aksi teror" komplotan teroris yang terorganisir itu berhasil dilumpuhkan pasukan gabungan Polri dan TNI, Minggu (21/12).

Upaya penyelamatan sandera dan antisipasi ancaman bom yang terjadi dalam waktu berurutan tersebut jadi fokus latihan bersama yang dilakukan oleh Polda DI Yogyakarta dan Korem 072/Pamungkas tersebut jadi kegiatan pemantapan koordinasi Polri dan TNI saat menghadapi teror dalam skala besar.

"Obyek hotel seringkali bisa memberi opini internasional soal keamanan. Kita memastikan siap mengantisipasi ancaman teror," kata Brigadir Jenderal Polisi Untung Suharsono Radjab, Kepala Polda DI Yogyakarta, di sela-sela latihan atasi aksi teroris tersebut, di Yogyakarta, kemarin.

Kesiapan dan keterpaduan kerja sama antara tentara dan polisi memang membutuhkan koordinasi. Selain itu, jika dibutuhkan sesuai mekanisme tugas dan kewenangan polisi dan tentara bisa saling membantu guna penanggulangan aksi teror.



"Tindak pidana terorisme adalah kejahatan luar biasa dan kini jadi ancaman paling serius, jika diperlukan polisi memang bisa meminta bantuan dukungan TNI," kata Untung.

Kolonel CZI Soepeno menyatakan bahwa latihan bersama penanggulangan teror bersama kepolisian sangat bermanfaat. Aksi terorisme bisa membuat kerugian korban jiwa manusia, harta benda dan berdampak luas.

"Sesuai perintah langsung Panglima TNI dan Kapolri, latihan bersama sangat membantu kesiagaan personel. Apalagi ini merupakan latihan gabungan pertama kali," katanya.

Menghadapi krisis keamanan, bencana alam maupun krisis sosial tidak mungkin hanya satu instansi saja yang bekerja. Latihan penanggulangan teror juga memberikan kesempatan bagi personel agar mampu bertindak cepat dalam antisipasi bahaya keamanan yang mengancam masyarakat.

"Kita akan adakan evaluasi. Apa saja yang masih kurang dalam latihan kali ini. Untuk dukungan peralatan memang perlu ditingkatkan. Kali ini kita mengerahkan 30 persen dari kekuatan dan kemampuan pasukan TNI," katanya.

30 Menit Taklukkan Teroris

Simulasi penanggulangan dan kesiapsiagaan Polri dalam mengatasi ancaman teroris juga berlangsung di Jakarta. Aparat Brigade Mobil Polri membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk menaklukkan aksi terorisme di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Minggu (21/12).

Pada latihan tersebut, diskenariokan sekitar 7 orang terorisme memasuki gedung BEI pukul 10.25 WIB dengan menggunakan dua mobil Kijang Inova berwarna perak. Pasca dikuasainya gedung tersebut oleh teroris, petugas keamanan gedung melaporkan kejadian itu pada petugas Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polres Jakarta Selatan. Suasana dalam gedungpun diwarnai dengan adanya suara letusan senjata laras panjang jenis M-16, yang ditembakan oleh anggota teroris.

Usai melakukan koordinasi melalui sarana komunikasi Handy Talky (HT) Kepala Polres Jakarta Selatan, Kombes Chairul selaku Perwira Pengendali memerintahkan sejumlah anak buahnya untuk segera merespon kejadian tersebut, salah satunya Kasat Lantas Polres Jakarta Selatan untuk segera menutup arus lalulintas yang menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP).

Pada pukul 10.37 WIB sejumlah pasukan Gegana dari Brimob Polda Metro Jaya mendatangi TKP. Pukul 10.42WIB sebanyak 10 orang anggota Crisis Respon Time (CRT) yang terbagi dalam 2 tim BrimobPolda Metro Jaya memasuki lobby gedung BEI dari arah depan gedung. Sebelum memasuki tempat itu, dari masing-masing tim yang akan memasuki gedung meledakan bahan peledak yang dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian anggota teroris agar tidak mengetahui keberadaan Tim CRT yang sedang memasuki gedung. Dalam waktu 13 menit, yakni pada 10.55 WIB usai masuknya tim CRT, gedung dapat dikuasai.

Beberapa orang anggota teroris yang tewas ditembak anggota tim CRT karena berusaha melakukan perlawanan. Korban tewas dan luka-luka juga terjadi pada pihak sandera yang dilakukan oleh anggota teroris.



Pada 11.06 WIB baik sandera yang masih hidup, tewas maupun terluka berhasil dikeluarkan dari gedung BEI, lima menit kemudian disusul dengan pengeluaran 1 orang anggota teroris yang masih hidup. Anggota teroris tersebut keluar dari gedung dengan menggunakan sebo (penutup kepala), berbaju warna hitam bergaris-garis, menggunakan dasi serta sepatu warna coklat.

Tepat 11.15 WIB, seluruh anggota tim CRT keluar dari gedung BEI. Selanjutnya dilakukan sterilisasi keseluruhan bagian gedung dari kemungkinan masih tersisanya bahan-bahan peledak yang ditinggalkan pelaku aksi teror oleh tim Penjinak Bom (Jibom) dan K-9. Hasilnya, ditemukan sebuah tumpukan benda yang diduga merupakan bahan peledak. Untuk itu diturunkan seorang penjinak bom lengkap dengan pakaian yang seluruh bagiannya dilengkapi dengan lapisan logam keras guna mengantisipasi kemungkinan terburuk. Tumpukan benda tersebut lalu dibawa keluar gedung dan dilakukan pemeriksaan di tempat yang telah ditentukan.



Untuk melakukan olah TKP, selanjutnya dilakukan pengambilan sidik jari dilokasi kejadian dan identifikasi lainnya oleh pihak Puslabfor Mabes Polri. Serta dilakukan pemasangan Police Line di sekitar lobby gedung pada pukul 11.35 WIB agar tidak dimasuki pihak yang tidak berkepentingan yang dapat berakibat rusaknya baik barang bukti maupun kondisi asli pasca kejadian tersebut.

Ketua Presidium Indonesia Police Wach, Neta S. Pane menyatakan waktu yang dibutuhkan dalam sebuah latihan belum bisa dijadikan suatu acuan keberhasilan menangkal teroris. "Waktu yang dibutuhkan dalam latihan tersebut belum dapat dijadikan patokan," kata Neta.

Dia mengatakan logikanya, semakin cepat dikuasainya tempat teroris beraksi akan semakin baik. Karena akan semakin kecil kemungkinan masyarakat tak berdosa yang menjadi korban. Neta juga melihat dalam simulasi tersebut polisi masih mencari format yang akan dijadikan sebagai dasar dalam penanganan aksi terorisme.

Sumber : JURNAS

No comments: