Friday, November 28, 2008

Pesawat Nir-Awak Buatan Indonesia (I)


Pelatuk, UAV buatan BPPT

Bangga bercampur haru saat saya ikut technical presentasi yang diberikan PT. Aviator Teknologi Indonesia (PT.ATI) diacara Indo-Defense 2008 lalu. Bagaimana tidak, teknologi yang mestinya sudah kita kuasai 15 tahun lalu kini sudah diwujudkan. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.

Sebenarnya penelitian dan pengembangan (Litbang) sudah cukup lama dilakukan, yakni dari tahun 2000 yang dirintis pertama kali oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Salah satu perusahaan yang ikut digandeng BPPT adalah PT.ATI.

Hingga kini kerjasama masih terjalin, terutama dalam hal sarana dan prasarananya. Seperti perangkat keras serta system yang digunakan di pesawat nir-awak ini. Prototype pertama PT.ATI pernah diperkenalkan di penghujung tahun 2005, dengan menampilkan pesawat TUAV (Tactical Unmaned Aerial Vehicle) pertamanya. Smart Eagle I.

Hasil Litbang BPPT pun kini sudah menunjukkan hasil yang menggembirakan dengan telah dibuatnya beberapa prototype PUNA (Pesawat Udara Nir-Awak), sampai dengan sekarang sudah ada 10 unit dengan tiga varian yang dibuat. Yakni varian Pelatuk, Gagak dan Wulung, dengan kelebihan masing-masing.


UAV Gagak

PUNA

Banyak kemajuan pesat dari perkembangan PUNA sampai dengan saat ini, salah satunya kemampuan terbang terintegrasi (oto-pilot). Dimana heading, bearing, ketinggian dan lain sebagainya bisa di input-by-system kedalam 'otak' PUNA.

Selain itu unit Ground-Control-station juga mampu mengendalikannya secara manual hingga melewati garis batas horison, sekitar 40-60Km. Rencananya tahun 2009 nanti jarak jangkau PUNA akan ditingkatkan hingga mencapai 120Km dengan ketinggian operasional hingga 2.300 meter.

Berkat kemampuannya ini PUNA dikatakan cocok untuk misi pengintaian, pemotretan atau kegiatan militer lainnya.

PUNA ditenagai oleh mesin 'Limbach' buatan Jerman berbahan bakar Oktan tinggi (Pertamax Plus), dengan kapasitas tangki hingga 40 liter. Dalam uji cobanya, untuk 1 jam terbang memerlukan konsumsi bahan bakar sekitar 9 liter.

Smart Eagle

Produk UAV PT.ATI lebih dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan Militer, seperti : real-time-intelegence, surveillance, reconnaissance, target acquisition, artilery support dan lainnya. Salah satu andalannya adalah TUAV Smart Eagle II (SE II).


TUAV Smart Eagle II

Berbeda dengan pendahulunya, SE II jauh lebih baik performanya bahkan dengan PUNA sekalipun. Jarak jangkau operasionalnya mencapai 150Km dari Base-station. Begitu pula desain, sistem komunikasi dan kendali, mobilitas, payload, operational-cost serta sangat mudah pengoperasiannya.

Secara garis besar UAV pisahkan dalam tiga bagian, yakni wahana udara (air vehicle), muatan (payload), dan stasiun pengendali (ground control station). Ketiga bagian ini kini makin disempurnakan, terutama dalam hal engine dan perangkat elektronisnya.

SE II menggunakan mesin 2 tak berdiameter 150cc, dengan tingkat kebisingan rendah. Untuk kapasitas tangki penuh bahan bakar SE II mampu terbang hingga 6 jam.

Perangkat elektronispun tak kalah lengkapnya, selain perangkat avionik penerbangan SE II juga dilengkapi dengan color TV camera dengan kapabilitas pembesaran gambar yang lebih baik dan jelas. SE II juga mampu beroperasional di malam hari dengan menggunakan Thermal Imaging System (TIS) Camera untuk opsi penginderaannya.



Panjang badan SE II mencapai 3,6 meter, rentang sayap 4,8 meter dan tinggi (dari permukaan tanah hingga ujung sirip ekor sekitar 1 meter. Dengan bobot kosong 65Kg dan bobot maksimum tinggal landas (maximum take-off weight) 100Kg, dengan mengusung beban muatan seberat 20Kg

Tempo terbang SE II mencakup dua jam menuju dan pulang dari tempat operasi serta empat jam untuk beraksi. Bermodal bahan bakar bensin sebanyak 20 liter/ 15Kg, SE II mampu terbang setinggi 30Km dengan kecepatan jelajah normal (cruise speed) 120Km/jam. Namun dalam kondisi darurat kecepatan terbang SE II dapat digenjot hingga 150Km/jam agar bisa menjangkau lokasi sejauh 300 kilometer.

Copyright @lutsista

2 comments:

Andres said...

Saya bangga sekali dengan Indonesia, yang telah berhasil menciptakan pesawat tanpa awak!!

Tapi saya sangat menyayangkan sekali, kok baru sekarang terciptanya pesawat buatan Indonesia?? Padahal di negara kita ini banyak sekali tenaga dan pemikir yang luar biasa..mengapa mereka tidak dimanfaatkan??

Sekali lagi sangat sangat bangga dengan Indonesia..Teruslah berkarya dan menciptakan!!!

Joko said...

Logikanya gampang kok..kalau kita mampu bikin pesawat berawak bukan perkara sulit untuk bikin pesawat nir-awak..yang belum kita kuasai itu adalah payload-nya. Mulai dari surveillance system,tracking,navigasi,dsb..sementara negara lain belum tentu mau menjual produk mereka kepada kita. Maka jadilah UAV buatan kita isinya hanya kamera doang yang terbatas buat cuaca terang saja.