Monday, November 17, 2008

Pembangunan Sarana Pendukung Kapal Selam Tak Krusial



TNI AL tetap ngotot pengadaan kapal selam baru. Menurut Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno, sarana dan prasarana seperti dermaga, fasilitas perbaikan, dan sistem pendukung lainnya tidak wajib dibangun seiring kehadiran pemukul strategis itu.

"Tidak perlu. Kami yang paling mengerti fasilitas dan kemampuan apa yang dibutuhkan," katanya usai menutup pendidikan reguler Sekolah Staf dan Komando TNI AL, Jakarta, akhir pekan lalu (14/11).

Tedjo menanggapi rencana Departemen Pertahanan (Dephan) mengkaji kembali perlunya pengadaan kapal selam bagi TNI AL. Alasannya, pembangunan sarana pendukung kapal bawah air itu sangat mahal. Diperkirakan mencapai 20 persen dari harga kapal selam. Artinya, dengan harga minimal Rp3,5 triliun setidaknya dibutuhkan tambahan Rp700 miliar.

Sebelumnya, Dirjen Sarana Pertahanan Dephan Marsda Eris Herryanto mengatakan, merujuk kredit ekspor yang ditawarkan negara peminjam pembangunan sarana pendukung tidak termasuk item pengadaan senjata. Contohnya kredit negara US$1 miliar yang ditawarkan Rusia. "Jadi mau tak mau dana pembangunan sarana dari APBN," katanya.

Pembangunan dengan biaya besar dari dana APBN jelas sulit dilakukan. Minimnya dana pertahanan yang diterima beberapa tahun belakangan tentu membuat Dephan harus menetapkan prioritas.

Tedjo menambahkan, matra laut tentu mempertimbangkan kendala anggaran yang dialami pemerintah. Namun, dia yakin, pengadaan dapat berjalan tanpa pembangunan sarana pendukung. Dia merujuk pertemuan dengan Panglima Komando Armada Ketujuh Amerika Serikat di Asia Pasifik Laksamana Timothy J Keating, beberapa waktu lalu.

Menurut Keating, tidak ada dermaga khusus yang disiapkan untuk merawat kapal selam yang dimiliki. Kapal hanya diparkir layaknya kapal atas air.

"Saya juga pernah lihat sendiri di Hawaii, empat kapal selam ditumpuk di satu dermaga. Jadi tidak ada masalah," kata dia.

Tedjo menjelaskan, TNI AL tidak melihat banyaknya kapal selam yang dihadirkan. Dia hanya meminta kualitas dan teknologi kapal yang dimiliki setara dengan negara lain. "Meski hanya satu, kapal selam canggih memiliki nilai tangkal sangat besar," kata lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 1975 itu.

Dari kajian TNI AL, tiga negara produsen menjadi incaran yakni Rusia, Jerman, dan Korea. "Masih ditimbang-timbang mana yang terbaik," katanya.

Sekretaris Jenderal Dephan Letjen Sjafrie Sjamsoeddin mengungkapkan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya spesifikasi teknis kapal selam pada TNI AL. Dephan hanya menyampaikan porsi anggaran yang dimiliki dan postur pertahanan yang rencanakan. Manakala kebutuhan sesuai postur, pengadaan tentu akan jalan. Dan sebaliknya, kalau spesifikasi sudah cocok, tapi anggaran tidak ada pengadaan tak akan terlaksana. "Ini harus dipahami setiap angkatan," kata Sjafrie.

Sumber : JURNAL NASIONAL

No comments: