Thursday, October 30, 2008

"Soft Power" Kembalikan Indonesia ke Pentas Internasional

Semarang - Buah dari prinsip "soft power" (lunak) yang dijalankan
oleh pemerintah dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia kembali ke pentas terhormat dunia internasional, kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Buah soft power, Indonesia akhir-akhir ini kembali ada di pentas terhormat di internasioanal,...kita belasan tahun diembargo senjata kini usai tanpa perlu merengek, kita hadapi masalah Timor Leste..sekarang bersahabat," katanya dalam orasi Kebudayaan Nasional dalam Dies Natalis ke-51 Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, Kamis (30/10).

Menurut Kepala Negara, Indonesia tetap menjalankan politik bebas aktif namun kali ini dengan sistem diplomasi segala arah yang memungkinkan menjalin kemitraan dengan berbagai negara di dunia.

"Kita menjalin kemitraan dan bersahabat dengan berbagai negara sepanjang menguntungkan kepentingan bangsa dan negara," katanya.

Sekalipun menjalankan prinsip soft power, Presiden menegaskan bahwa tidak ada satu negara pun yang boleh mendikte arah reformasi yang sedang dilakukan Indonesia.

"Kita tolak intervensi mana pun soal bagaimana negara ini menjalankan reformasi dengan baik," katanya.

Presiden berkata, dalam Asia Europe Meeting (ASEM) di Beijing pekan lalu, ia telah
menyampaikan kritiknya terhadap penggunaan "hard power". "Saya menyampaikan kritik di depan para pemimpin bahwa masih banyak pemikiran yang menggunakan hard power."

Abad 20, lanjut Presiden, adalah abad yang penuh hard power yang ditandai dengan dua perang dunia dan konflik. "Saya harap abad ini bisa menjadi abad soft power," ujarnya.

Indonesia, lanjut Presiden, konsisten menjalankan diplomasi soft power. "Satu-satunya kita menggunakan hard power adalah apabila kedaulatan dan keutuhan negara kita terancam. Itu sudah final,,...kalau perlu digunakan instrumen militer," katanya.

Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia sukses terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, dua kali anggota Dewan HAM PBB dan salah satu negara kunci dibalik terwujudnya Peta Jalan Bali mengenai Perubahan Iklim.

Lebih lanjut Kepala Negara mengatakan bahwa Indonesia sedang melakukan
transformasi besar-besaran yang bertahap dan terus menerus.

"Bertahap bukan berarti lambat dan ragu-ragu karena perubahan yang terlalu cepat apalagi bila radikal seringkali tidak berhasil," katanya.

Presiden menilai wajar jika suatu perubahan sudah pasti banyak mendapat perlawanan namun semua pihak terutama yang mendapat amanah rakyat harus tetap memiliki keyakinan sebagai kekuatan moral.(*)

Sumber : ANTARA

No comments: