Monday, October 13, 2008

HUT-63 TNI Berkonsep Sederhana, Tapi Meriah



Surabaya - Peringatan puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-63 Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 14 Oktober 2008 di Dermaga Ujung, Surabaya, berkonsep sederhana, tetapi meriah dengan melibatkan sekitar 5.000 personel, manuver 20 kapal perang, sejumlah pesawat dan helikopter dari ketiga angkatan.

Dalam geladi resik peringatan puncak HUT ke-63 TNI, Minggu, yang disaksikan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Tedjo Edy Purdijatno, dan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Subandrio itu, diawali dengan seni beladiri Yong Modo oleh prajurit-prajurit Kostrad.

Kemudian, terbang lintas lima helikopter dari Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Puspenerbad) menjadi atraksi berikutnya, yang dilanjutkan lima helikopter dari Skadron Udara 600 TNI Angkatan Laut (AL), lima pesawat intai maritim Noman N22 dan Cassa 212-200 juga dari TNI AL.

Atraksi tampak meriah dengan terbang lintas yang dilakukan beberapa pesawat tempur TNI Angkatan Udara yakni tiga jet tempur Sukhoi, delapan Hawk 100/200, dua Hawk MK-53, empat F-5E Tiger dan empat F-16 Fighting Falcon milik TNI Angkatan Udara (AU).

Setelah terbang lintas, pesawat -pesawat tempur TNI AU itu masing-masing melakukan manuver pembom sambil mengeluarkan asap di ketinggian 400 kaki dberkecepatan 425 hingga 450 knot.

Pada saat bersamaan, sekitar 20 kapal perang Republik Indonesia (KRI) melintas di depan dermaga diawali dengan KRI Ahmad Yani, KRI Yos Sudarso, KRI Malahayati, KRI Diponegoro, KRI Keris yang menurunkan sejumalh personel pasukan khusus gabungan ketiga angkatan, disela satu helikopter Bell 412 yang juga menurunkan personel pasukan khusus.

Ditampilkan pula lintas pelayaran (sailing pass) dari kapal-kapal patroli cepat (Fast Patrol Boat/FPB), seperti KRI Pandrong, KRI Layang dan KRI Singa.

Sementara itu, KRI Dr Soeharso melintas panggung kehormatan membawa sekitar 300 warga masyarakat yang mengenakan pakaian tradisional dari 33 propinsi di Indonesia.

Disusul KRI Sultan Hasanuddin dan diakhiri dengan kapal latih kebanggaan TNI AL yakni KRI Dewaruci bersamaan tiga Sukhoi yang melintas diatasnya, mengakhiri keseluruhan demo kemampuan dan keterampilan personel dan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI.

Selain itu, ditampilkan pula kendaraan-kendaraan tempur TNI Angkatan Darat (AD) dan keseluruhan acara ditutup dengan defile seluruh peserta upacara.

Salah satu agenda acara yang tertunda adalah terjun payung bebas (free fall), karena kecepatan angin yang cukup tinggi, yakni sekitar 22 knot.

Acara geladi resik itu, juga disaksikan warga dan masyarakat sekitar Markas Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim).



Sejak latihan digelar, baik geladi kotor maupun geladi bersih aktivitas penerbangan dari dan ke Bandara Surabaya atau pemberangkatan kapal dari dan ke Tanjung Perak, ditangguhkan beberapa jam.

Bahkan, pada acara puncak berlangsung pada 14 Oktober mendatang, Bandara Juanda akan ditutup sekitar 2,5 jam.

"Penampilan latihan dan hari jadi yang besar, juga berguna untuk kehormatan serta kebanggaan bangsa dan menunjukkan daya tangkal yang dimiliki TNI. Untuk itu, saya mohon kerelaan dari semua pihak untuk memahami hal itu, tetapi kami berharap pengaruhnya tidak terlalu besar," kata Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso usai menyaksikan geladi resik.

Ia menambahkan, dana yang digunakan untuk penyelenggaraan puncak peringatan Hari Jadi ke-63 TNI itu, merupakan dana gotong royong dari dari Mabes TNI dan ketiga angkatan.

"Jadi, tidak ada dana terpusat dari pemerintah, semuanya diserahkan kepada TNI," ungkapnya.

Sumber : ANTARA

No comments: