Wednesday, September 24, 2008

Krisis Perekonomian AS Pengaruhi Kredit Persenjataan TNI

Dephan berharap kenaikan suku bunga pinjaman tidak sampai di atas 8 persen.

Jakarta - Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengatakan bahwa krisis perbankan yang
menimpa lembaga-lembaga keuangan di Amerika Serikat akan berpengaruh pada pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI. Sebab, krisis keuangan yang dialami lembaga keuangan Amerika Serikat juga akan berdampak langsung dengan mitranya serta perusahaan yang berada di Eropa Barat sebagai sahabat AS.

"Sedikit banyak juga akan berpengaruh pada harga alutsista yang sudah kita pesan dari negara-negara tersebut," ujar Juwono saat ditemui dalam diskusi Keselamatan Korporasi dalam Perubahan Politik Indonesia Menuju Globalisasi di Jakarta, Selasa (23/9) kemarin.

Krisis keuangan di AS akan memengaruhi kondisi dalam negeri, di mana suku bunga perbankan pun akan naik termasuk dengan suku bunga perbankan. Namun demikian pemerintah telah melakukan langkah-langkah antisipasi agar pemesanan alat-alat tersebut tidak terpengaruh oleh kondisi perekonomian negara-negara pembuat alutsista yang akan membiayai pengadaan alutsista RI.


Salah satu yg terpengaruh adalah pembelian Rudal Exocet-MM40 dari Prancis. Kemungkinan jumlah pengadaan rudal anti kapal untuk korvet Sigma ini akan direvisi.

"Untuk itu kita sudah mengantisipasi agar Indonesia tidak perlu mengurangi ataupun membatalkan pemesanan alutsista tersebut," tegasnya. Menurut Juwono langkah antisipasi yang telah diambil oleh pemerintah itu sendiri adalah dengan menyediakan anggaran kenaikan suku bunga itu.

"Pemerintah telah mengantispasi kenaikan suku bunga perbankan dalam pemesanan alutsista itu sampai dengan tingkat suku bunga sebesar 8 persen per tahunnya. Setiap kenaikan suku bunga sebesar 1 persen akan berpengaruh pada harga yang kita bayarkan sebesar US$30juta-US$40juta. Suku bunga saat ini sendiri sebesar 5,5 persen-6 persen," tambahnya.

Juwono berharap agar kenaikan suku bunga itu sendiri tidak sampai di atas angka 8 persen. Kalau suku bunga naik di atas 8 persen maka akan sulit bagi Indonesia.

"Namun saya harapkan tidak sampai segitu kenaikannya. Kenaikan itu sendiri hanya akan berpengaruh pada pemesanan alutsista dari negara-negara Eropa Barat di mana Indonesia memesan kendaraan tempur (ranpur), sementara untuk pesawat kita banyak memesan dari Rusia yang perbankan tidak begitu berpengaruh dengan kondisi di AS," tandasnya.

Sumber : JURNAS

No comments: