Pindad Selesaikan 10 Panser Bulan September Ini
Jakarta - PT Pindad akan menyelesaikan 10 panser bulan depan (September) sehingga pesanan TNI sebanyak 20 panser untuk 2008 dari 154 panser yang dipesan selama dua tahun, sudah tidak menjadi masalah.
"Apa yang direncanakan TNI sudah hampir selesai, mudah-mudahan bulan depan sudah produksi yang kesepuluh," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla seusai meninjau proses produksi panser PT Pindad di Bandung, Jumat.
Sedangkan panser sisanya yakni 134 panser lagi, katanya, termasuk dalam kontrak tahun 2009, sehingga harganya pun berbeda.
TNI memesan 150 panser Armored Personnel Carrier (APC) 6x6 antara lain jenis komando, ambulans, "recovery", kargo/logistik dan mortar serta empat panser 4x4 jenis intai.
Namun demikian kenaikan harga panser untuk 2009, lanjut Wapres, tidak menjadi masalah dibanding harus mengimpor. "Harga dalam negeri ini cuma 60 persen harga impor, apa lagi buatan Eropa mahal," katanya.
Sementara itu, Dirut PT Pindad Adik Sudaryanto mengatakan, anggaran pengadaan panser baru tersedia untuk tahap pertama sebanyak 20 panser sebesar Rp.151 miliar, sehingga uang muka yang diterima baru sebesar 20 persen untuk 20 panser.
Padahal, Pindad telah menandatangani kontrak pengadaan komponen utama untuk 150 panser. "Sedangkan dana yang akan dikucurkan untuk anggaran tahap II tahun 2009 belum dapat dipastikan waktunya," ujarnya.
Ia mengatakan, seluruh kebutuhan modal kerja didanai dari pinjaman bank dengan biaya bunga bank tahun 2008 sebesar Rp5,2 miliar.
Sudaryanto juga menyebutkan, bahan baja anti peluru dan baja lainnya mengalami kenaikan cukup besar, karena itu diharapkan kebutuhan baja tahan peluru untuk 120 panser dapat didukung PT Krakatau Steel (KS) untuk mengurangi risiko harga.
"Ketatnya prosedur pembebasan bea masuk berisiko pada terlambatnya pasokan bahan impor. Selain itu, pembelian material dari dalam negeri belum dapat fasilitas bebas ppn. Padahal sesuai kontrak penjualan panser Pindad dibebaskan dari ppn," katanya.
Disebutkan, pengadaan alutsista untuk kebutuhan TNI dan Polri sangat tergantung kepada APBN sehingga Pindad sulit bertahan bila hanya mengandalkan penjualan Alat Utama Sistem Persenjataan (alutista) saja, padahal penjualan alutsista sekitar 70 persen dari penjualan Pindad.
Sedangkan anggaran Dephan sebesar Rp35 triliun untuk 2009 dan untuk 2008 Rp36,3 triliun, di mana Rp17 triliun untuk pegawai dan Rp8 triliun untuk alutsista dan perawatan.
Panser produksi Pindad ini dari 12 subsistem, tiga di antaranya yakni "engine", transmisi dan "cooling pack" harus diimpor dari Renault Perancis dan Jerman. Sisanya seperti "body", suspensi, elektrikal, "steering" sampai senjata dibuat di dalam negeri.
Sumber : ANTARA
No comments:
Post a Comment