Thursday, August 21, 2008

Menyatukan Persepsi Kredit Negara Antara RI-Rusia

PEMERINTAH RI dan Rusia akan kembali bertemu membahas mekanisme pencairan kredit negara (state credit), setelah kini negeri beruang merah itu dipimpin Presiden Dmitry Medvedev. Indonesia mendapat tawaran kredit negara di masa kepemimpinan Presiden Alexander Putin senilai US$1 miliar bagi modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI.

Pembahasan dilakukan dalam forum Sidang Komisi IV Bidang Kerja Sama Teknik Militer RI-Rusia di Jakarta, kemarin (20/8). "Kami mencoba mencari titik temu bagaimana mekanisme pencairan kredit tersebut, sehingga dapat segera digunakan untuk modernisasi alutsista TNI," kata Dirjen Sarana Pertahanan (Ranahan) Departemen Pertahanan Eris Herryanto, menjawab Antara di Jakarta, Rabu (20/8).

Ia mengatakan hingga saat ini belum ada kesamaan persepsi tentang kredit negara Rusia. Keterlambatan pencairan kredit negara Rusia bagi modernisasi persenjataan TNI berpangkal pada perbedaan interpretasi antara Indonesia dan Rusia.

Rusia menilai, kredit negara hanya membiayai pengeluaran yang terjadi di Rusia, termasuk untuk membiayai local content. Sedangkan Indonesia menganggap kredit negara Rusia itu merupakan alternatif pembiayaan seperti pinjaman luar negeri lainnya yang cakupan pembiayaan meliputi seluruh kebutuhan proyek dan kontrak dimaksud.

Local content yang dimaksud adalah site preparation berupa hanggar, gudang, dermaga, gedung dan lain-lain serta penyiapan awak, inspeksi dan sebagainya yang harus tercantum, agar material kontrak dapat berfungsi baik. Sidang Komisi RI-Rusia merupakan pertemuan tahunan yang dilaksanakan bergantian sejak ditandatanganinya dokumen persetujuan pada 2003.

Dalam Sidang Komisi IV delegasi Indonesia dipimpin oleh Sekjen Dephan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, didampingi Eris Herryanto. Delegasi Rusia yang dipimpin oleh Vyacheslav K Dzirklan terdiri atas sejumlah pejabat perwakilan dari Dephan dan Deplu Rusia, perwakilan dari produsen Sukhoi dan Rosoboron Export.

Sidang membahas empat agenda antara lain mengenai kredit negara, pengadaan peralatan militer di luar kredit negara, perspektif perencanaan peralatan militer yang dapat diikuti oleh delegasi Indonesia tentang informasi dari delegasi Rusia dan terakhir mengenai perencanaan pembentukan kelompok kerja dalam rangka alih teknologi antara Indonesia dan Rusia.

Dalam pertemuan itu, Sjafrie menyatakan kedua negara sepakat meningkatkan kerja sama teknik militer dilandasi saling pengertian dan pemahaman bersama. Sjafrie menilai kedua negara telah menjalin kerja sama dengan baik. Pada 2006 kedua delegasi bertemu untuk kedua kalinya sekaligus menandatangani nota kesepahaman terkait fasilitas kredit negara.

Meski masih ada ganjalan, kedua negara sepakat tetap meneruskan kerja sama. "Bagaimana pun, fasilitas state credit dari Rusia diyakini akan memberikan manfaat dalam rangka mendukung kebutuhan peralatan militer Indonesia," ujarnya.

Sumber : JURNAS

No comments: