Pembangunan Armada TNI AL Distandarisasikan
JAKARTA – Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Sumardjono mengisyaratkan saat ini pihaknya tengah mengupayakan penyamaan dan standardisasi jenis persenjataan TNI AL, khususnya berbagai jenis kapal perang (KRI), menjadi kapal-kapal perang berkelas Sigma (Sigma Class).
Hal itu menurut Sumardjono salah satunya bertujuan efisiensi dan mempermudah proses perawatan, dukungan logistik, serta personel. Pernyataan tersebut disampaikannya, Kamis (5/6), dalam jumpa pers saat membuka ”Sarasehan Kemandirian Industri Alutsista TNI Angkatan Laut” di Markas Besar TNI AL, Cilangkap, Jakarta.
Sejumlah menteri dan anggota DPR diundang dan menjadi pembicara. Mereka seperti Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman, dan juga Anggota Komisi I Happy Bone Zulkarnaen (FPG) dan Andreas Pareira (FPDIP).
“Dalam konteks personel, penyetandaran seperti itu justru memudahkan di mana kita tidak perlu berkali-kali mendidik atau melatih personel kita dan kita bisa memindah-mindah mereka ke (kapal) mana saja tanpa perlu dididik secara khusus,” ujar Sumardjono.
Pameran Riset Senjata
Lebih lanjut dalam sarasehan juga digelar pameran sejumlah produk hasil riset dan pengembangan persenjataan oleh Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AL (Dislitbangal). Salah satu hasil riset yang patut dibanggakan adalah keberhasilan Dislitbangal, bekerja sama dengan UGM, membuat bahan peluncur roket (propelan) berbahan aspal dari Pulau Buton.
Riset propelan berbahan baku aspal Pulau Buton itu sudah berjalan selama setahun dan sudah tiga kali dilakukan uji coba. Baru pada uji coba ketiga peluncuran roket berukuran kecil dengan propelan alternatif tadi berhasil.
Selain itu Dislitbangal juga berhasil membuat sejumlah suku cadang suspensi tank dan panser, yang dapat digunakan di tank-tank jenis PT-76 atau BTR 50 P buatan Rusia. Tidak hanya itu, Dislitbangal juga berhasil membangun dua jenis kapal patroli terbatas.
Kedua jenis kapal itu seperti Combat Boat berkapasitas 16-20 personel dan jenis Sea Rider berkapasitas 5-12 personel, yang jika diperbandingkan harga per unitnya bisa lebih murah 50 persen dari kapal sejenis buatan luar negeri seperti dari Swedia.
Lebih lanjut Dislitbangal juga berhasil meriset dan membangun ranjau dasar laut pengaruh anti kapal dan kapal selam, yang dibuat dengan mencontoh dan memodifikasi ranjau laut sejenis buatan Rusia namun dengan kemampuan sensitivitas dan sensor yang jauh lebih baik.
Sumber : KOMPAS
No comments:
Post a Comment