Pengindraan Jauh Pengawas Laut dengan Radar Mandiri
Indonesian Radar (Indra) II
Memiliki laut yang sangat luas, mencapai dua pertiga wilayah, amat sulit bagi Indonesia untuk mengawasinya bila hanya mengandalkan armada kapal. Diperlukan cara efektif untuk memantau seluruh negeri. Teknologi radar menjadi salah satu pilihan untuk itu.
Dalam memantau wilayah perairan Nusantara yang mencapai 5,8 juta kilometer persegi, bila hanya mengandalkan armada kapal milik TNI AL dan polisi tentu kurang memadai. Jumlah kapal militer saja hanya sekitar 117 buah, 77 di antaranya berusia tua, 21-60 tahun.
Untuk menjaga seluruh wilayah perairan Indonesia diperkirakan perlu sekitar 350 kapal agar mencakup seluruh perairan Indonesia. Kurangnya kapal ini berpotensi rawannya wilayah laut terhadap berbagai tindak kriminal.
Membangun kemandirian
Sebenarnya di lembaga riset dalam negeri telah ada fasilitas laboratorium dan tenaga ahli yang mampu mendesain, merancang bangun, dan merekayasa sistem radar secara mandiri.
Hal ini antara lain telah dirintis Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak tiga tahun lalu. Pengembangan teknologi ini dilakukan LIPI bekerja sama dengan International Research Centre for Telecommunications and Radar dari Technical University of Delft (TU-Delft).
Dalam pengembangan teknologi radar ini, peneliti LIPI, yaitu Mashury Wahab, Pamungkas Daud, Yuyu Wahyu, dan Rustini S Kayatmo, tengah membuat dua sistem, yakni sistem radar yang dipasang di kawasan pantai, disebut Indonesian Radar (Indra) II. Selain itu juga dibuat sistem yang dipasang di kapal, disebut Indra I, yang melibatkan industri nasional Radio Communication and Radar.
Radar konvensional yang banyak digunakan untuk tujuan sipil dan militer adalah jenis radar pulsa. Radar jenis ini dapat menjangkau jarak puluhan sampai ratusan kilometer.
Dibandingkan dengan sistem radar konvensional yang menggunakan magnetron itu, sistem radar baru yang dikembangkan LIPI menggunakan Frequency Modulated Continuous Wave (FMCW). Keuntungannya adalah dalam penghematan daya. Untuk mencapai jarak pemantauan sejauh 60 kilometer, daya yang digunakan pada FMCW hanya sekitar 5 watt. Sedangkan dengan magnetron bisa mencapai ratusan hingga ribuan watt, urai Yuyu Wahyu.
Rancang bangun Indra II yang dimulai sejak tahun 2006 ini meliputi beberapa bagian, antara lain antena, perangkat lunak pengolahan sinyal, pemancar, penerima dan pembangkit sinyal, serta sistem antena.
Tingkatkan daya
Pada sistem radar digunakan antena array untuk meningkatkan daya atau Emitted Radiated Power sehingga dapat menjangkau obyek pada jarak puluhan kilometer.
”Pemasangan radar pengawas pantai dengan daya besar di kapal atau di sekitar pantai dapat digunakan untuk mengawasi wilayah laut yang luas sampai beberapa puluh mil laut. Pengawasan perairan Indonesia, termasuk pulau di perbatasan Indonesia dan negara tetangga, akan sangat terbantu dengan penggunaan radar pengawas pantai,” urai Mashuri.
Semua radar akan terhubung melalui sebuah jaringan dan dikendalikan oleh stasiun pusat (master station/MS), misalnya di Jakarta. Komunikasi antara radar dan MS dilakukan via jalur satelit.
Jalur satelit lebih diutamakan karena Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan banyak pulau yang memiliki pegunungan sehingga menghambat komunikasi radio terrestrial. Semua data tersebut akan dikumpulkan dan dianalisa oleh MS untuk pengambilan keputusan, urai Mashury.
Sumber : KOMPAS
No comments:
Post a Comment