Tuesday, February 26, 2008

TNI AU Senang dengan Rencana Pembelan F-16



JAKARTA--MI: TNI Angkatan Udara menyambut baik rencana Amerika Serikat membantu pengadaan dan perbaikan skuadron tempur F-16.

Dihubungi Selasa (26/2) di Jakarta, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya Subandrio mengaku dirinya baru tahu pembicaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menhan Juwono Sudarsono dengan Menhan AS Robert Gates menyangkut bantuan perbaikan serta pengadaan pesawat tempur F-16. "saya baru tahu setelah baca koran hari ini," ujar Subandrio.

Dia melanjutkan pihaknya akan sangat bersyukur dan menerima dengan tangan terbuka bila rencana itu direalisasikan. Menurutnya, tidak akan ada masalah apapun terkait postur TNI AU apabila hal itu dilaksanakan. "Malah kalau F-16 itu sudah sesuai dengan rencana strategis TNI AU," kata Subandrio.

Ketika ditanya apakah pengadaan F-16 nantinya takkan mengganggu TNI AU terkait rencana pemenuhan skadron TNI AU dengan pesawat Sukhoi buatan Rusia, Subandrio menyatakan tak ada masalah. Demikian juga dengan pelatihan pilot, yang menurut dia, sudah terlatih untuk pesawat sejenis.

"Kita bisa melatih sendiri. Tak ada masalah kok. Mau dibeli ya kita terima saja dengan tangan terbuka," katanya.

Menhan Juwono Sudarsono pernah mengakui pemerintah kesulitan menerima proposal TNI AU soal penambahan anggaran untuk pembelian sejumlah pesawat tempur baru. Sebab selain karena anggaran yang minim, Pemerintah memang lebih mengalokasikan penggunaan anggaran untuk pembelian pesawat transpor.

Sementara TNI AU sendiri menginginkan sejumlah pesawat tempur baru karena beberapa skuadron pesawat tempur yanga da sudah memasuki masa habis pakai pada 2009. Beberapa diantaranya adalah pesawat jenis Hawk MK-53 di Skuadron 15 dan pesawat jenis OV-10 Bronco di Skuadron 21.

Di sisi yang lain, TNI AU juga membutuhkan enam unit Sukhoi baru untuk memenuhi skadron TNI AU. Departemen Pertahanan (Dephan) sendiri sebenarnya berusaha memenuhi kebutuhan TNI AU. Salah satunya dengan penandatangan kerjasama kredit ekspor US$1 miliar dengan pemerintah Rusia terkait.(Mjs/OL-06)

Sumber : MIOL

No comments: