Tuesday, February 26, 2008

TNI AU di Antara Modernisasi AU ASEAN

Oleh : Ninok Leksono

Perihal tua dan rendahnya tingkat kesiapan alat utama sistem senjata atau alutsista TNI telah banyak diangkat dalam laporan media massa. Sampai akhirnya—menyusul terjadinya musibah yang menimpa kendaraan amfibi Korps Marinir—Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar alutsista tua tidak digunakan lagi.

Tindak lanjut yang sebetulnya masuk akal adalah mengganti alutsista tua yang tidak layak dioperasikan lagi. Tetapi dalam realita, khususnya di era keterbatasan anggaran dan prioritas pemenuhan kebutuhan rakyat yang lebih urgen, pengadaan alutsista menjadi persoalan pelik. Lebih-lebih ketika muncul berita bahwa anggaran pertahanan akan dipangkas.

Membatasi pembicaraan untuk lingkup kekuatan udara, wacana yang muncul di sela-sela pameran kedirgantaraan Singapore Airshow yang berlangsung di Changi Exhibition Center, Singapura, 19-24 Februari, menggugah kita.

Menyusul pembelian dua jet Sukhoi Su-27 dan dua Su-30MK lima tahun silam, wacana untuk menambah armada Sukhoi terus bergulir, karena memang hanya dengan empat pesawat, deterens yang diinginkan belum dapat ditegakkan, lebih-lebih ketika pesawat tersebut—hingga akhir tahun kemarin—tidak dilengkapi dengan persenjataan.

Jalan keluar bagi pendanaan pembelian tambahan Sukhoi muncul ketika Pemerintah Rusia menawarkan kredit negara kepada Indonesia.

Seperti dilaporkan oleh Nikolai Novichov di jurnal Aviation International News yang terbit 19 Februari lalu, dengan kredit Rusia tersebut Indonesia telah menyusun daftar belanja yang disebut tambah panjang (Indonesia extends arms wish list).


Flanker Su-30MK2 dan Su-27SKM (skadron 11) di Lanud Hasanuddin.

Termasuk dalam daftar adalah 20 Su-30MK2, sejumlah pesawat latih Yak-130, empat kapal selam Proyek 636 Kelas-Kilo dan dua kapal selam Proyek Amur-1650, 10 helikopter angkut militer Mi-17, lima heli penyerang Mi-35M, 20 kendaraan tempur infanteri BMP-3F, sejumlah korvet dan kapal lain, serta sistem pertahanan udara yang total bernilai miliar dollar AS.

Dalam implementasinya, seperti disampaikan ketika Presiden Vladimir Putin berkunjung ke Indonesia September silam, kredit yang ditawarkan sebesar 1 miliar dollar AS kemudian dicairkan dalam dua tahap, masing- masing 500 juta dollar AS.

Dari pencairan tahap pertama, antara 250 juta dollar sampai 300 juta dollar, digunakan untuk penambahan enam Sukhoi—tiga Su-27SKM dan tiga Su-30MK2. Keenam jet ini diberitakan akan diserahkan antara tahun 2008 dan tahun 2010.

TNI AU berencana membentuk dua skadron Sukhoi —total 24 pesawat—pada tahun 2010 nanti.

Selengkapnya>>

No comments: