Bertahan dengan Alat Seadanya (I)
Oleh : Wisnu Dewabrata
”I have never seen so many aircrafts together.” Begitu lebih kurang pernyataan kagum yang spontan keluar dari mulut Perdana Menteri Burma U Nu sesaat ketika menjejakkan kakinya di Lapangan Udara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, tahun 1955.
Bagaimana tidak? Sejumlah pesawat pengebom termutakhir saat itu, jenis B-52 buatan Amerika Serikat, berjejer dan terparkir rapi di lapangan udara sebuah negara yang baru sekitar 10 tahun merdeka.
PM U Nu datang di Indonesia bersama sejumlah pemimpin negara lain untuk menghadiri perhelatan akbar bersejarah, Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Cuplikan peristiwa tadi tercatat dalam buku Bhakti TNI AU 1946-2003.
Armada perang Indonesia saat itu adalah suatu kekuatan perang yang cukup disegani dan diperhitungkan, terlebih di kawasan Asia Tenggara, pascaberakhirnya Perang Dunia II.
Saat itu Angkatan Udara RI (AURI), sekarang TNI Angkatan Udara, memiliki skuadron-skuadron tempur yang dilengkapi ratusan pesawat tempur dan angkut berbagai jenis, baik sisa pampasan perang tentara Jepang maupun dibeli dari beberapa negara semacam Rusia, Amerika Serikat, Inggris, dan Australia.
Selengkapnya>>
No comments:
Post a Comment