TNI AU Prioritaskan Alutsista Pada 2008
Jakarta (ANTARA News) - TNI Angkatan Udara (AU) memprioritaskan penambahan alat utama sistem senjata (alutsista) pada 2008, terutama mengganti sejumlah pesawat tempur yang telah dihanggarkan pada 2007, seperti OV-10 Bronco dan Hawk MK-53.
"Kami akan prioritaskan pengadaan alutsista, daripada pengembangan organisasi," kata Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal Madya TNI Subandrio, di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan, rata-rata kesiapan alutsista TNI AU baik pesawat tempur, angkut, dan helikopter masih berada di kisaran 40 hingga 50 persen dari kekuatan esensial minimum, namun pengandangan beberapa pesawat tempur seperti OV-10 Bronco dan Hawk MK-53 tidak membuat rata-rata kesiapan TNI AU makin menurun.
"Karena itu, kita telah meminta Departemen Pertahanan (Dephan) untuk segera mengadakan dua pesawat pengganti bagi OV-10 Bronco dan Hawk MK-53. Hal ini telah disetujui oleh Dephan," ungkap Subandrio.
Ia menegaskan, 2005-2024 itu TNI AU berencana mengganti sejumlah pesawat tempur dan angkutnya yang telah memasuki usia pakai 20-30 tahun, seperti OV-10 Bronco yang kini telah "digrounded", Hawk MK-53, F-5 Tiger dan F-16 Fighting Falcon.
Selain itu, TNI AU juga membangun Komando Sektor (Kosek) IV Biak dengan perencanaan pembentukan tiga satuan radar Ground Control Interception (GCI) dan Radar Early Warning (EW), yang akan digelar di Saumlaki, Timika dan Merauke.
Tidak itu saja, TNI AU pada kurun tersebut akan menambah penangkis serangan udara (PSU) sebanyak empat batterey, pesawat intai dan mission tiga pesawat dan pengadaan persenjataan seperti peluru kendali, armament, dan amunisi pesawat tempur masing-masing satu paket.
Penjajakan ke beberapa negara telah dilakukan dalam rangka pengadaan pesawat, radar dan berbagai persenjataan seperti Korea Selatan, Brazil, Rusia dan Republik Ceko (untuk penggantian pesawat tempur), Prancis, Amerika Serikat dan Italia (untuk radar), Spanyol, Switzerland, Polandia, Afrika Selatan, Inggris dan Belanda (untuk PSU) serta Rusia, Yugoslavia, Afrika Selatan dan Cina untuk persenjataan. (*)
Sumber : ANTARA
No comments:
Post a Comment