TNI AU Tetap Ajukan L-159 Sebagai Pengganti MK-53
Jakarta, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) tetap mengajukan pengadaan pesawat tempur latih L-159 buatan Ceko, sebagai pengganti pesawat tempur taktis Hawk Mk-53.
Demikian salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekl Herman Prayitno dengan Dubes Ceko untuk Indonesia Pevel Rezac di Mabes TNI AU Cilangkap, Jakarta, Rabu.
Secara umum, kunjungan Rezac bertujuan menindakanjuti kesepakatan kerjasama pertahanan yang telah ditandatangani pemerintah R dan Republik Ceko pada 2006.
"Selain membahas tindak lanjut dari kerjasama tersebut, dibahas pula kemungkinan TNI AU untuk membeli L-159 sebagai pengganti MK-53. Ini kan keinginan kami tetapi jadi tidaknya L-159 dibeli atau tidak kan masih menunggu kajian lebih rinci dari Departemen Pertahanan (Dephan)," kata Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI AU Marsekal Daryatmo ketika dikonfirmasi ANTARA, usai pertemuan.
Mabes TNI AU, berdasarkan rencana strategis (Renstra) 2005-2009 berencana melakukan penggantian sejumlah pesawat tempur, seperti OV-10 Bronco, F-5 Tiger, Hawk MK-53, pesawat angkut Fokker-27 dan Helikopter Sikorsky.
Pesawat tempur jenis OV-10 Bronco dibuat pada 1976 dan mulai digunakan TNI AU sejak 1979. Dari sembilan unit pesawat tersebut, hanya empat yang dinyatakan siap. Sementara pesawat tempur F-5 Tiger buatan 1978, dari 12 yang dimiliki TNI AU, hanya dua yang dinyatakan siap.
Kondisi kesiapan pesawat tempur yang telah dibawah standar juga dialami pesawat tempur Hawk MK-53 buatan 1977. Dari delapan unit yang ada, hanya dua unit yang dinyatakan siap atau laik terbang. Selain itu, sejumlah pesawat angkut Fokker 27 buatan tahun 1975, dari tujuh yang ada, hanya empat yang masih siap terbang.
L-159 buatan Aero Ceko, merupakan perpaduan teknologi barat dan timur. Dalam terdapat dua layar tampilan multi fungsi serta HUD (Head Up Display) mendominasi panil kokpit. Yang jelas semuanya tertata dengan rapi. Setara dengan F-16 Fighting Falcon atau F/A-18 Hornet versi awalnya.
Terdapat juga radar Grifo L. Perangkat pengendus keluaran FIAR, Italia ini berkemampuan multi misi dimana delapan sasaran udara dan sepuluh sasaran darat dapat sekaligus ditandai. Kelengkapan lain adalah penangkap gelombang radar lawan (RWR) Sky Guardian-200 buatan GEC-Marconi.
Untuk menghadapi perang elektronik, L-159 juga dilengkapi dengan sistem anti-jamming Vinten Vicon 78 plus chaff atau flares. Dengan perangkat elektronik ala Barat ini maka otomatis berbagai senjata dari Barat pun sanggup digotong seperti AGM-65 Maverick atau rudal udara-udara AIM-9 Sidewinder.
Tidak itu saja, terdapat juga `camera pod` bagi tugas-tugas pengintaian. Tak hanya elektronik dan senjata, untuk urusan mesin, L-159 memakai turbofan ITEC F 124-GA-100 buatan Honeywell , Amerika. Berbekal mesin ini L-159 bisa digeber hingga kecepatan 800 kilometer perjam. Itupun dengan jarak jangkau hingga 800-an kilometer.
Sumber : ANTARA
1 comment:
Yang penting gak ngikut beli negara-negara besar deh...Kita pernah dikecewain ma Rusia sewaktu jaman Soekarno,padahal udah beli alutsista canggih dari sono...eh di embargo...terus barusan dari Soeharto juga,dah beli canggih-canggih macam F16A maupun F16B ma hampir variannya F16C dan F16D mo dibeli juga tapi gagal karena di embargo total ma produsennya AS...sudah saatnya kita MANDIRI macam Iran tu...Sukses,detentenya juga jadi bagus
Post a Comment