Wednesday, November 14, 2007

Kasal Diganti Karena Desakan Singapura?

Oleh : Sabam Siagian

Pelantikan Laksamana Madya Sumardjono sebagai Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) yang baru, Rabu (8/11), oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menyibukkan pasaran gosip politik di Ibukota.

"Apa latar belakang penggantian Kasal lebih cepat dari normalnya?" tanya seorang diplomat Eropa dalam resepsi Kedutaan Besar Kamboja, Jumat malam. Jawaban standar saya berikan: "Laksamana Slamet Soebijanto akan memasuki masa pensiun, jadi normal saja kalau dia diganti". Si diplomat yang agaknya sudah mempelajari kasus penggantian Kasal ini segera membalas: "Tapi, dia baru bertugas dua tahun sembilan bulan. Apakah ada desakan Singapura di balik penggantian ini?"

Sudah merupakan dalil operasional supaya menghindarkan suatu perdebatan dalam suatu resepsi diplomatik. Apa gunanya menghardik diplomat tersebut dengan pernyataan sok nasionalistik bahwa jangan kira RI dapat ditekan begitu saja, dan seterusnya.

Memang beredar info bahwa kemacetan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan RI - Singapura yang sudah ditandatangani di Bali, April lalu, disebabkan pihak TNI AL tidak diikutsertakan sepenuhnya dalam negoisasi konsep perjanjian tersebut. Ketika peraturan pelaksanaannya mengalokasikan sebagai tempat latihan suatu lokasi lepas pantai Pulau Natuna (Laut Cina Selatan, tapi masih merupakan wilayah perairan RI) dengan sebutan kode "Bravo", menurut cerita, TNI AL menolaknya, khususnya Laksamana Slamet. Karena itu dia dicopot sebelum waktunya, demikianlah logika yang diramu oleh para produsen gosip politik di Ibukota.

Terserah pihak Departemen Pertahanan atau Markas Besar TNI untuk membantahnya. Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto juga menyatakan, "penggantian Kasal adalah sesuatu yang harus terjadi sesuai dengan proses regenerasi".

Soal penggantian Kasal ini sampai dikaitkan dengan kunjungan kerja Menteri Luar Negeri Singapura George Yeo ke Jakarta selama tiga hari. Ia diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Kamis lalu dan keduanya tampak senyum lebar menghadapi para wartawan setelah pertemuan mereka selesai.

Seorang pengamat berpendapat secara pribadi bahwa agaknya tidak begitu bijak Menlu George Yeo datang ketika situasi sedang serba peka, karena penggantian Kasal baru saja berlangsung.

Selenngkapnya>>

No comments: