Tuesday, November 13, 2007

CN-235MPA (Maritime Patrol Aircraft)



PT. Dirgantara Indonesia pertamakali membuat pesawat patroli maritim CN-235 MPA awalnya atas pesanan Dephan-RI (Departemen Pertahanan Republik Indonesia) yang diperuntukan kepentingan patroli laut dan surveilence bagi TNI-AL dan TNI-AU.

Sampai dengan saat ini TNI AL mempunyai 12-16 unit (1 skadron) pesawat intai maritim, dengan varian NC-212MPA dan CN-235MPA.

Pada bulan Mei 2000, THALES dan IPTN menandatangani Memorandum Of Agreement untuk memasok Airborne Systems AMASCOS (Airborne Maritime Situation Control System) untuk tiga unit CN-235 TNI-AU. AMASCOS termasuk Ocean Master search radar buatan Thales dan EADS Deutschland, RWR Elettronica ALR 733, Chlio thermal imager dari Thales Optronique, Gemini navigation computer dari Thales (dahulu Sextant) Avionics dan AN/ASQ-508 Magnetic Anomaly Detection (MAD) system dari CAE.

Pada bagian bawah setiap sayap pesawat terdapat tiga hardpoint yang dapat mengakomodasi rudal anti-kapal jenis Harpoon. MPA untuk Indonesia dilengkapi dengan perangkat untuk persenjataan lain berupa dua Torpedo Mark 46 atau rudal M-39 Exocet.




MESIN. Dua mesin turboprop CT&-9C3 dari General Electric masing-masing menghasilkan tenaga 1,305kW (dengan tenaga cadangan otomatis menghasilkan 1,394kW). Baling-baling Hamilton Sundstrand 14RF-21 dengan diameter 3,35m. Propeller dari bahan glass fibre dengan metal spar dan urethane foam core.

SPESIFIKASI:
Panjang pesawat: 21,4 meter
Tinggi: 8,18 meter
Bentang sayap: 25,81 meter
Bentang sayap ekor: 11 meter
Luas lantai kabin: 22,8 meter persegi
Volume kabin: 43,2 meter kubik
Lebar kabin: 2,7 meter
Panjang Kabin: 9,65 meter
Tinggi kabin: 1,88 meter
Bobot maksimum tinggal landas: 15.400 kg
Kapasitas bahan bakar: 5.264 liter
Kecepatan jelajah maksimum: 455 km/jam
Endurance: lebih dari 8 jam

No comments: