Alutsista Ditunggangi DPR

Modus yang digunakan, menurut Juwono, adalah dengan mendekati panitia anggaran di DPR. Hal itu artinya ada semacam calo-calo anggaran di DPR. ”Saya tidak menginginkan anggaran Dephan jadi objek calo-calo, baik rekanan maupun calo yang adalah sebagian anggota DPR yang berkepentingan,” tandas Juwono di kantor Menhan, Jakarta,kemarin. Campur tangan DPR dalam setiap pengadaan kebutuhan alutsista TNI ini dikhawatirkan dapat membuat kebocoran anggaran di Dephan. ”Dikhawatirkan, melalui anggota DPR,para rekanan selalu menawarkan diri.
Bila sudah demikian, yang terjadi adalah kebocoran anggaran, dan dapat memberatkan anggaran Dephan,” jelasnya. Untuk mengantisipasi hal ini, Menhan mengaku sudah memerintahkan Sekjen dan Irjen Dephan untuk menelaah secara terperinci anggaran berdasarkan billing center management terhadap rekanan-rekanan baik dalam maupun luar negeri, termasuk rekanan yang terkait dengan partai politik (parpol) atau sebaliknya. ”Banyak para rekanan yang mencium ada proyek itu, dan melalui DPR,mereka meminta bagian dari proyek tersebut,” ujar Juwono.
Menhan menegaskan, dirinya sangat mengetahui secara persis seluk beluk permainan DPR. Dia mengungkapkan, dirinya pernah ditugasi sebagai penasihat DPR pada 2001– 2003 untuk membangkitkan kemampuan anggota DPR,terutama di komisi-komisi. Dengan pengalamannya itu, Juwono mengaku hafal dengan permainan yang dilancarkan anggota DPR. ”Saya pernah bertugas sebagai penasihat di DPR. Jadi, saya tahu persis isi perut dan permainan baik DPR lama maupun DPR sekarang,” tandasnya.

Dia mengatakan, jika halhal yang sifatnya konseptual, apalagi mengenai pengadaan dari APBN, tentunya DPR wajib membicarakannya. Namun bila sifatnya teknis, tentunya menjadi urusan pemerintah (Dephan),bukan DPR. Menanggapi adanya permainan antara rekanan dan DPR untuk memuluskan proyek-proyek pengadaan alutsista, Arief membantah hal itu. Dia menyatakan, selama ini pihaknya belum pernah menemui hal tersebut.
Di tempat terpisah, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Djoko Santoso menyatakan, untuk memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista), sjajaran TNI AD sudah memesan sebanyak 16 unit helikopter buatan Rusia. Helikopter yang dipesan itu berjenis MI-35 sebanyak 6 unit, dan MI-17 sebanyak 10 unit.

Sedangkan sisanya akan dipesan dari produksi dalam negeri. Tentunya, ungkap Djoko, bagi alutsista yang bisa diproduksi dalam negeri. ”Jika ada yang dibuat di sini, ya kita beli dari sini.Tapi jika tidak ada, ya kita beli alat-alat tersebut dari luar negeri,”ungkapnya. Selain Rusia, alutsista juga didatangkan dari China dan Polandia untuk baterai rudal. Menurut Djoko,alokasi anggaran untuk pengadaan alutsista tersebut didapatkan dari kredit ekspor tahun 2007.”Sedangkan anggaran pembangunan pangkalan alat-alat senjata sekitar Rp500 miliar,” jelasnya. (amril amrullah/zaki zubaidi)
Sumber : SINDO
Berita terkait lainnya :
Tuduhan Percaloan Alutsista Di DPR Harus Diusut Tuntas
Comments