Tuesday, September 18, 2007

Militer Iran Menjangkau Target AS



Teheran, Senin - Jenderal Mohammad Hassan Koussechi, seorang pejabat elite pada Garda Revolusi Iran, Senin (17/9), menegaskan, militer Iran punya kemampuan menyerang semua target dan kepentingan AS di Timur Tengah. Militer Iran bisa menjangkau sasaran sejauh 2.000 kilometer dari Iran.

Berbicara kepada kantor berita Iran, IRNA, Koussechi menegaskan, "Saat ini Amerika berada di seputar kami, tetapi ini tidak berarti mereka mengepung kami. Mereka menempatkan dirinya dan masuk dalam jangkauan kami." Koussechi tak merinci posisi AS yang berada di sekitar Iran, tetapi bisa dipastikan berkenaan kehadiran pasukan AS di Irak dan di sejumlah negara Teluk.

"Jika AS mengatakan bahwa mereka telah mengidentifikasi 2.000 sasaran di Iran, yang lebih pasti adalah AS juga berada di sekitar Iran dan menjadi target kami," ujar Koussechi, yang juga komandan pasukan elite Garda Revolusi di Iran barat.

Dikatakan, militer Iran saat ini punya kapasitas yang memungkinkan untuk menyerang musuh hingga jarak 2.000 kilometer. Koussechi tidak menyebutkan kemampuan militer Iran tadi.

Teheran diketahui memiliki misil jarak menengah dan misil jarak jauh, Shahab-3. Shahab-3 bisa menjangkau sasaran sejauh 2.000 kilometer, bisa menjangkau Israel dan sejumlah pangkalan AS di Semenanjung Arab.

Kepala Garda Revolusi yang baru, Mohammad Ali Jaafari, pekan lalu juga memperingatkan AS bahwa Teheran sudah mengidentifikasi "poin-poin lemah" mereka di Irak dan Afganistan. Iran berulang kali menegaskan bahwa mereka tidak akan memulai serangan, tetapi mengingatkan bahwa sebuah respons yang hebat akan dilakukan terhadap setiap serangan ke wilayahnya.

Penegasan Koussechi dan Jaafari ini semakin menambah ketegangan di kawasan Teluk, di tengah ketegangan kontroversial program nuklir Iran. Penegasan ini setelah penegasan Menteri Luar Negeri Perancis Bernard Kouchner bahwa dunia kini bersiap kemungkinan perang dengan Iran berkenaan dengan program nuklir Teheran.

Kaki tangan Gedung Putih

Kantor berita IRNA, Senin, menyiarkan tanggapan keras Teheran atas pernyataan Kouchner yang digambarkan sebagai Perancis yang kini menjadi kaki tangan Amerika Serikat. "Penghuni baru Elysee (istana kepresidenan Perancis) ingin mencontoh Gedung Putih," ujar IRNA dalam tajuknya.

Iran juga menuduh Presiden Perancis Nicolas Sarkozy sebagai "berkulit Amerika". Juga dikatakan, "rakyat Perancis tidak pernah lupa pada era di mana ketika orang non-Eropa bergerak menuju Elysee".

Kouchner, mantan pimpinan lembaga sosial internasional dan menteri kesehatan sosial, menegaskan bahwa dunia akan bernegosiasi dengan Iran "untuk mengakhiri" soal program nuklir Iran. Namun, Kouchner mengingatkan, "Kami harus bersiap untuk yang terburuk, yakni perang." Dia menambahkan, jika Teheran berniat membuat sebuah senjata atom, ini akan menjadi "suatu yang bahaya bagi seluruh dunia".

Kouchner menegaskan ini sebelum ke Moskwa, Rusia, Senin, di mana program senjata nuklir Iran menjadi topik utama kunjungan. Iran dilaporkan menghendaki uranium Rusia untuk mendukung program nuklirnya.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Senin, juga membuka konferensi tahunan di Vienna, Austria, dengan Iran menjadi topik utama. Hari Jumat, lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB membahas rancangan resolusi terbaru soal sanksi atas Iran. (AFP/ppg)

Sumber : Kompas

Iranian Shahab 3B Missile test fire

No comments: