Kohanudnas : Tantangan Hanud Mutakhir
Oleh : Ninok leksono
Seiring dengan perjalanan RI, pemikiran untuk membentuk Komando Pertahanan Udara Nasional atau Kohanudnas lahir pada tahun 1962. Kohanudnas yang merupakan Komando Utama Operasional TNI bertugas menyelenggarakan upaya pertahanan keamanan terpadu atas wilayah udara nasional secara mandiri ataupun kerja sama dengan Komando Utama Operasi lain guna memelihara kedaulatan, keutuhan, dan kepentingan NKRI.
Merunut cikal bakalnya, Kohanudnas tidak bisa dilepaskan dari pembentukan Sector Operational Center (SOC) untuk melindungi Jakarta, Bandung, dan Surabaya dari kemungkinan serangan udara. SOC diperkuat dengan komponen TNI AD (Arhanud, artileri pertahanan udara) dan komponen TNI AU (pesawat P-51 Mustang dan Vampire).
Pada masa Trikora/Dwikora ada Kohanudgab yang ditujukan untuk melindungi pemusatan kekuatan di wilayah mandala yang terdiri atas komponen AD, AL, yang digabung dalam satu Komando Utama.
Barulah pada tahun 1962 lahir Kohanudnas melalui Keputusan Presiden RI No 8/PLM-PS/62 tanggal 9 Februari 1962 yang tugas dan tanggung jawabnya berlingkup nasional. Riwayat komando ini pun kemudian mengikuti dinamika yang terjadi di TNI, baik menyangkut status dan fungsinya.
Alutsista andal
Semenjak berdirinya, Kohanudnas telah dipercaya untuk mengoperasikan alat utama sistem senjata (alutsista) pertahanan udara yang menonjol. Selain baterai antiserangan udara TNI AD dan sistem hanud pada kapal-kapal TNI AL, dari TNI AU juga ada MiG-17, MiG-19, dan MiG-21, radar P-30, radar Decca, rudal jarak sedang SA-75. Kalau itu dominan pada tahun 1960-an, pada tahun 1970-an Kohanudnas diperkuat dengan pesawat buru sergap (interseptor) F-86 Sabre, serta tahun 1980-an dengan F-5E Tiger dan A-4 Skyhawk. Dalam dekade ini pula digelar radar Thomson di berbagai wilayah Indonesia. Di lingkungan TNI AD, kekuatan hanud pada dekade ini diperkuat meriam 57 mm, rudal RBS-70, dan rudal Rapier.
Penguatan berikut Kohanudnas muncul pada awal 1990-an dengan beroperasinya skuadron F-16 Fighting Falcon dan dipasangnya rudal Seacat pada kapal perang TNI AL.
Dengan infrastruktur yang dimilikinya, Kohanudnas pun diamanatkan untuk memikul tanggung jawab lebih besar, seperti membina 16 satuan radar TNI AU yang dialihkan dari Komando Operasi AU I dan II. Lalu untuk mengantisipasi pelanggaran wilayah udara di kawasan timur Indonesia, Kohanudnas membangun satuan radar 242 di Tanjung Warari, Biak, dan ini membuat radar hanud yang dioperasikan Kohanudnas menjadi 17.
Radar masih kurang
Dengan radar yang dimilikinya sekarang, diakui jumlahnya belum memadai untuk mencakup seluruh wilayah RI yang harus dipertahankan secara ideal. Untuk menutupnya, Kohanudnas ikut memanfaatkan radar sipil guna membantu memperluas pemantauan ruang udara. Di sini tantangan yang masih ada adalah menambah jumlah radar militer dan sipil yang bisa diintegrasikan dari yang sekarang berjumlah enam. Penggunaan sistem Thalles diharapkan bisa menuntaskan integrasi radar pada akhir tahun 2007.
Dari waktu ke waktu Kohanudnas terus memutakhirkan diri sesuai dengan perkembangan teknologi dan tantangan yang dihadapi. Pemanfaatan teknologi internet dan mobile termasuk yang ikut mewarnai pemutakhiran infrastruktur Kohanudnas. Bagaimanapun optimalisasi kerja Kohanudnas— sebagaimana pada institusi lain—ada pada sejauh mana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan.
Tantangan kemajuan teknologi dan pemanfaatannya secara cerdik di atas muncul seiring dengan tantangan yang telah ada terlebih dulu, seperti luas dan sifat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh sebab itu, Kohanudnas pun dituntut untuk lebih gesit. Ini antara lain dapat dilakukan dengan menata dan mengembangkan jaringan kerja sama kelembagaan serta peningkatan efektivitas struktur organisasinya.
Dengan itu pun Kohanudnas masih ikut merasakan keterbatasan seperti yang dirasakan oleh lembaga-lembaga militer lain di Indonesia. Namun, terbiasa dengan situasi yang ada, harapan yang ada kini juga mencerminkan harapan yang sering dikemukakan bagi TNI, yaitu untuk bisa memiliki kekuatan minimum esensial. Dalam Kohanudnas, kebutuhan tersebut berwujud pada radar, pesawat buru sergap, rudal jarak sedang, dan rudal jarak pendek.
Dengan itu diharapkan Kohanudnas bisa memiliki kepercayaan diri lebih besar dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya yang makin kompleks, yang dicerminkan dengan terjadinya sejumlah insiden, seperti Bawean (dengan Amerika Serikat) dan Kupang (dengan Australia).
Panglima baru
Kamis (6/9) ini, jabatan Panglima Kohanudnas diserahterimakan dari Marsekal Muda (Marsda) Eris Herryanto SIP MA kepada Marsekal Muda Ganjar Wiranegara SIP yang sebelumnya menjabat sebagai Panglima Komando Operasi AU (Koopsau) I.
Ganjar yang lulusan Sekolah Penerbang 23/1978 pernah menerbangkan T-34A Mentor Alpha dan L-29 Dolphin. Saat sekolah Instruktur Penerbang di Australia (1983) ia menerbangkan MB-336 Aermacchi dan CT-4. Di luar penerbangan, Ganjar pernah menjadi Atase Pertahanan di New Delhi, India, (1997-2000) dan Komandan Pangkalan Hasanuddin di Makassar (2001) sebelum akhirnya menjadi Panglima Koopsau I (2003).
Ganjar yang lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 10 Juli 1954 dan lulusan Akabri Udara 1976 ini, menurut catatan di buku Fly to Success (Agus Suhadi, 2004), dikenal sebagai atasan yang egaliter serta hafal nama dan latar belakang ratusan anak buahnya.
Sementara itu, pejabat yang ia gantikan—Marsda Eris—juga termasuk sosok yang dikenal mengembangkan gaya manajemen akal sehat dan kearifan. Perwira yang pernah sekolah penerbang di Amerika Serikat (1978) ini juga pilot berpengalaman dan berperanan dalam pengkajian pesawat Hawk 100/200.
Bersama dengan Marsda (Purn) F Djoko Poerwoko yang pernah menjadi Panglima Kohanudnas dan juga Marsdya Wresniwiro (kini Wakil Kepala Staf TNI AU), Kohanudnas telah menyusuri era baru yang di satu sisi lebih kompleks dan diwarnai tantangan nyata yang untuk menjawabnya dibutuhkan kompetensi selain visi. Hal ini semakin relevan justru ketika tantangan yang ada tersebut tidak selalu dapat direspons dengan pengadaan apa yang dibutuhkan secara serta-merta. Di sinilah kecakapan dan pemahaman akan situasi semakin bermakna.
No comments:
Post a Comment