Tuesday, September 04, 2007

Kerja Sama Indonesia dan Rusia Harus Maksimal

Jakarta, kompas - Direktur Jenderal untuk Amerika Eropa Departemen Luar Negeri RI, Eddy Haryadi, Senin (3/9), menegaskan Rusia adalah pasar baru yang bisa dieksplorasi Indonesia secara maksimal dengan memanfaatkan kerja sama bilateral.

Sebagai negara yang semakin kuat dan berpeluang menjadi pesaing AS, Rusia memiliki potensi besar, terutama dalam hal energi dan militer. "Sudah saatnya mulai bertindak konkret. Tidak hanya bicara-bicara saja," ujarnya ketika berbicara dalam diskusi bertema "Aliansi Rusia-Dunia Islam dan Prospek Perdamaian Dunia" di Pusat Dialog dan Kerja Sama Antar-Peradaban, Jakarta.

Salah satu bentuk kerja sama yang konkret adalah kesepakatan bantuan peralatan militer. Seperti diberitakan Kompas, 21 Agustus lalu, Rusia memberi pinjaman 1 miliar dollar AS bagi pengadaan persenjataan pada Indonesia untuk masa 2007-2010. Kesepakatan itu telah ditandatangani kedua kepala negara, 1 Desember 2006.

Departemen Pertahanan RI memutuskan menggunakan pinjaman bagi pengadaan 10 helikopter MI-17-V5 dan lima helikopter MI-35P beserta persenjataannya untuk TNI AD, dua kapal selam Kelas Kilo dan 20 kendaraan infanteri tempur BMP-3F untuk TNI AL, serta enam paket peralatan avionik dan persenjataan Sukhoi TNI AU.

Jaga keseimbangan

Meningkatkan kerja sama dengan Rusia sangat penting mengingat kini Rusia menjadi semacam penyeimbang kekuatan AS di dunia yang sering mempraktikkan kebijakan imperialisme. Presiden Rusia Vladimir Putin yang akan berkunjung ke Indonesia, 6 September, menurut pengamat Rusia dari Universitas Indonesia, Fadli Zon, memilih manuver strategis dengan mendekati dunia Islam. "Secara geopolitik langkah Putin strategis," ujarnya.

Namun, dia juga mengingatkan, Rusia pasti memiliki kepentingan tertentu dan itu adalah sumber minyak. Itu disadari betul oleh negara-negara Islam. "Tidak masalah karena dunia Islam juga membutuhkan minyak dan nuklir dari Rusia," kata Fadli. (LUK)

No comments: