Wednesday, August 01, 2007

Trauma Tentara Jerman

Jumlah tentara yang menderita luka psikis seusai penugasan ke luar negeri, meningkat.

Tentara bukanlah profesi bagi mereka yang berhati lemah. Seorang tentara bisa saja diterjunkan ke wilayah krisis, menghadapi perang, dan tertembak. Itu dipahami Helmut Krüger, paling tidak secara teori.

Ia mengatakan, "Saya pribadi tidak memperhitungkan kemungkinan itu, tapi itu tersimpan di alam bawah sadar saya."

Namun, arti sesungguhnya baru ia pahami saat menjalani tugas. Helmut Krüger, tentara Jerman, dua kali ditempatkan di Kundush, Afganistan Utara. Dua kali juga ia mengalami serangan. Salah satunya saat berpatroli dan berkembang menjadi tembak menembak.

Apa yang berubah dalam dirinya sepulang dari Afganistan?

"Kepanikan dan ketakutan muncul, setiap kali saya berada di tengah kerumunan orang banyak. Untuk jalan terus saja saya nggak bisa," kata Krüger.

Helmut Krüger bukan satu-satunya yang ditangani di Klinik Möhnesee. Sejak angkatan bersenjata Jerman Bundesrwehr pertama kali mengirim tentara bertugas ke luar negeri, klinik di negara bagian Nordrhein Westfallen itu ditunjuk menangani tentara yang menderita trauma atau gejala-gejala mirip truma. Dan jumlahnya terus meningkat.

Rainer Schubman, dokter kepala di Klinik Möhnesee mengatakan, "Menarik untuk memperhatikan peningkatannya. Tahun 2006 ada 120 tentara. Tahun ini, baru kuartal pertama saja, kami sudah menangani 90 tentara. Jumlahnya meningkat cukup besar."

Masalah semacam ini tak dihadapi militer Jerman pada dua atau tiga tahun silam. Namun pihak militer mengakui, persoalannya semakin berat. Semakin banyak tentara Jerman yang menderita luka psikis sepulang dari penugasan ke luar negeri.

Astrid Gräwe, terapis para tentara mengatakan, "Mereka tahu bahwa ada serangan, bahwa mereka akan mengalaminya, bahwa rekan mereka betul-betul ditembak dalam konvoi misalnya. Dan tentu itu juga menimbulkan ketakutan yang besar. Saya berupaya menengahi bahwa ada hal-hal yang normal jika seseorang berada dalam stress tingkat tinggi. Adalah hal yang sepenuhnya normal untuk merasa sangat takut."

Angka pasti tentara yang mengalami trauma seusai bertugas ke luar negeri tidak bisa disebutkan, karena seperti puncak gunung es, jumlah kasus yang tak diketahui, jauh lebih besar lagi.

Banyak yang memilih untuk melupakan, tepatnya berpura-pura melupakan. Apalagi, ada pencitraan bahwa tentara tidak gampang terguncang.

Seperti pengakuan Walter Schmidt yang sekali ditugaskan ke Bosnia, dua kali ke Afganistan dan sejak 3 tiga minggu dirawat di klinik Möhnesee.

"Banyak tentara yang mengatakan, tidak ada masalah, semua baik-baik saja. Tapi orang nggak bisa melupakan semuanya karena beberapa tahun kemudian, kenangan itu datang...."

Sumber

No comments: