Thursday, August 23, 2007

Helikopter AS Jatuh, 14 Tewas



Presiden George W Bush Merasa Frustrasi

Baghdad, Rabu - Sebuah pesawat helikopter militer Amerika Serikat jenis UH-60 Black Hawk jatuh di Irak bagian utara, Rabu (22/8). Sebanyak 14 tentara AS yang berada di dalam pesawat naas itu tewas. Peristiwa ini semakin meningkatkan rasa frustrasi di kalangan pejabat pemerintahan AS.

Ini adalah kecelakaan terburuk yang dialami tentara AS di Irak sejak Januari 2005. Pada tahun itu, sebuah pesawat AS lainnya jatuh di Irak bagian barat dan menewaskan 31 tentara AS.

Pihak militer AS menegaskan bahwa helikopter tersebut jatuh bukan karena tertembak peluru musuh, melainkan karena mengalami kerusakan mekanik. Investigasi lebih mendalam atas penyebab kecelakaan itu segera dilakukan.

UH-60 Black Hawk naas itu merupakan salah satu pesawat yang dilibatkan dalam operasi malam di Irak. Empat kru dan 10 penumpang yang tewas dalam kecelakaan itu sedang ditugaskan dalam operasi "Task Force Lightning". Sejauh ini pihak militer AS belum menyebutkan identitas para korban.

Dengan tewasnya 14 tentara ini maka jumlah tentara AS yang tewas di Irak sejak Maret 2003 mencapai 3.721 orang.

Frustrasi

Di hari yang sama, serangan bom truk menghancurkan sebuah kantor polisi di kota Baiji, sekitar 200 kilometer dari utara Baghdad. Akibat serangan itu, sedikitnya 20 orang tewas dan 50 orang luka-luka. Dokter Saad Jasim dari Rumah Sakit Umum Baiji mengatakan, korban tewas terdiri dari warga sipil dan polisi.

Serangan bom seperti ini semakin sering terjadi di Irak akhir-akhir ini. Pekan lalu, serangan bom truk menewaskan 500 orang.

Situasi keamanan yang semakin kacau balau di Irak tampaknya membuat Pemerintah AS kian frustrasi. Presiden George W Bush menyatakan rasa frustrasinya dengan menyalahkan para pemimpin Irak yang dinilainya tidak mampu menjadi jembatan bagi berbagai kubu di Irak.

"Jelaslah bahwa Pemerintah Irak harus berupaya lebih (keras)," ujar Bush, yang harus memberikan laporan terbaru kepada Kongres mengenai keamanan di Irak paling lambat 15 September.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki menolak tudingan AS. "Tidak ada satu pihak pun yang bisa menentukan batas waktu untuk sebuah perbaikan di Irak," ujarnya. (AP/AFP/REUTERS/BSW)

No comments: