Monday, August 27, 2007

Dephan Bangun Skuadron Baru



PAPUA(SINDO) – Pemerintah Indonesia melalui Departemen Pertahanan (Dephan) dalam waktu dekat akan membangun skuadron tempur di Biak,Papua. Pembangunan itu dijadwalkan sudah bisa berjalan pada tahun anggaran 2009, sambil menunggu kesiapan dan kesediaan alat utama sistem persenjataan (alutsista), termasuk pesawat tempur.

”Ini memang sudah menjadi program pemerintah,dengan tujuan untuk meningkatkan pengamanan wilayah timur Indonesia,” tegas Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara Marsekal Pertama Daryatmo di sela kunjungan Komando Operasi Angkatan Udara (Koopsau) II di Biak,Papua,kemarin.Menurut dia, skuadron ini akan melengkapi satu skuadron jet tempur Sukhoi secara bertahap. Rencananya, pemerintah akan mendatangkan enam Sukhoi dari Rusia pada 2008. Daryatmo mengatakan, bertambahnya alutsista TNI AU ini akan mendukung skuadron tempur di Biak dalam rangka pengamanan wilayah Indonesia yang rawan terhadap berbagai kegiatan ilegal.

Di sana kerap terjadi illegal logging, perompakan,dan gangguan pihak asing.Dengan kondisi tersebut, lanjut dia, setelah 2009 diharapkan seluruh wilayah Indonesia dari Sabang hingga Merauke dapat dijaga dan diamankan secara menyeluruh oleh kekuatan udara. Tentang kesiapan radar di wilayah Timur Indonesia yang masih minim,Daryatmo mengatakan bahwa pihaknya tetap memprogramkan untuk melakukan penambahan. Salah satunya dengan pembangunan Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosekhanudnas) IV di Biak,Papua.Selain itu, TNI AU telah berencana untuk menambah radar di Saumlaki (Maluku Utara) dan Merauke (Papua).

”Saat ini,wilayah Timur Indonesia hanya di-cover oleh dua satuan radar, yakni di Biak (Papua) dan Buraen (Nusa Tenggara Timur),”paparnya. Dengan dibangunnya skuadron tempur dan penambahan radar, akan mampu memaksimalkan pengamanan wilayah udara di Koospau II dari Kalimantan Tengah hingga Papua yang sebagian berbatasan langsung dengan sejumlah negara, seperti Malaysia,Filipina,Papua Nugini, dan Australia. ”Selama ini, wilayah tersebut banyak yang kosong dan memudahkan pihak asing masuk,”jelasnya.

Asisten Operasi Kepala Staf Koopsau II Kolonel Zulhamsyi mengatakan, wilayah operasi Koopsau II meliputi pulau-pulau kecil tak berpenghuni dan berbatasan langsung dengan negara lain.Kondisi ini, ungkap dia, sangat berpotensi memunculkan gangguan keamanan. Kawasan ini juga merupakan tempat konsolidasi kelompokkelompok separatisme, serta penguasaan pihak asing untuk menjadikan pulau terluar sebagai tempat wisata. Sementara itu, Panglima Komando Sektor (Kosek) IV Marsekal Pertama TNI Djubaedi mengatakan,Kosekhanudnas IV memiliki tanggung jawab mengamankan dan mengawasi wilayah udara Indonesia bagian timur.

Dia mengaku,ketersediaan perlengkapan intai di Kosekhanudnas IVmasihterbatas,khususnya ketersediaan radar pemantau. Padahal,lingkup udara KosekhanudnasIVmembentang luas,mulai alur laut Kepulauan Indonesia (ALKI) III, Kupang sampai perbatasan Papua. ”Idealnya,wilayah timur memiliki sembilan radar. Hingga saat ini kami baru memiliki dua radar, yakni radar 242 TWR Tanjung Warari (Biak) dan radar 241 Beraen (Kupang),” ungkap Djubaedi. Dia mengatakan, Dephan akan membangun sembilan satuan radar di wilayah ini. Di antaranya akan ditempatkan di Kupang (NTT), Biak, Sorong, Timika,Jayapura,Merauke (Papua), Ambon (Maluku),Morotai, dan Saumelaki (Maluku Utara). Dengan dukungan kekuatan seperti ini, ujar dia, seluruh ruang udara yang menjadi tanggungan wilayah komandonya dapat terpenuhi secara optimal. Menurut Djubaedi, selama ini kedua radar yang tersedia itu bekerja bergantian selama 24 jam dengan jarak jangkau 240 mil (sekitar 450 km). Tugas utamanya, jelas dia, yakni pengamatan dan pengawasan kawasan timur Indonesia. (amril)

No comments: