Wednesday, April 06, 2011

RI-Turki Kerjasama Pembuatan Armored Combat Vehicle (ACV)


ACV IFV-300 Adnan buatan Deftech-Malaysia bekerjasama dengan FNSS-Turki

JAKARTA – Pemerintah Indonesia bersama Pemerintah Turki menyatakan sepakat untuk melakukan kerjasama pertahanan, khususnya di bidang Industri pertahanan diantara kedua negara. Kesepakatan tersebut ditandai dengan penandatanganan Draft Protokol Defense Industry Coorporation Between Indonesia and Turkey , Selasa (5/4) di Kantor Kementerian Pertahanan RI.

Penandatanganan Draft itu dilakukan oleh masing-masing perwakilan Kementerian Pertahanan, yang pada kesempatan itu dilakukan oleh Wakil Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Sjamsoeddin dan Wakil Menteri Pertahanan Turki, Murad Bayar. Selain itu penandatangan itu disaksikan oleh para pejabat yang ada di lingkungan Kementerian Pertahanan kedua negara.

Adapun beberapa kerjasama Industri Pertahanan itu yang telah disepakati, diantaranya adalah pengembangan dan produksi bersama peralatan senjata seperti, Armored Combat Vehicle (ACV) yang dilengkapi dengan dua kubah dan persenjataan Canon 90 mm and/or 105 mm.

Peralatan persenjataan lain yang disepakati untuk dikembangkan dan diproduksi bersama yakni program roket hasil produksi dan pengembangan Indonesia, produksi Propellant, serta produksi Sofware Defined Radio (SDR).

Kerjasama industri pertahanan lain dari kedua negara ini juga mencakup penguatan pertukaran informasi dan perusahaan mendorong kedua belah pihak untuk membahas dan memenuhi kerjasama di bidang lain, berdasarkan kesetaraan dan saling menguntungkan.

Pada kesempatan itu Wamnehan RI berharap kedepan untuk peluang kerjasama pengembangan dan produksi bersama bukan hanya di bidang alutsista saja, melainkan produksi bersama Non Alutsista seperti seragam lapangan.

Disamping itu dengan adanya penandatangan kerjasama industri pertahanan ini Pemerintah RI dan Turki dapat meningkatkan hubungan diplomatik dan memperluas kerjasama di bidang-bidang lainnya.

Mengenai peluang kerjasama pada program-program lain akan dibahas dan dapat direalisasikan lebih lanjut dengan tetap mengacu pada prinsip kerjasama langsung G to G (Government to Government). Disamping itu juga mengutamakan kerjasama yang dijalin atas dasar saling pengertian dari kedua pihak.

Sumber : DMC

2 comments:

Aris Dharmawan said...

lama-lama koq kesan pembelian senjata belakangan ini jadi tidak jelas arahnya.

Seolah olah Indonesia ini membeli senjata secara serampangan dari berbagai sumber.

Apa ini nantinya tidak menyulitkan masalah logistik nya? Supply suku cadang, amunisi dan biaya perawatan yang sangat variatif dan cenderung mahal karena harus dilakukan dalam kuantitas yang terbatas, dan harus melakukan dealing dengan sangat banyak vendor akan membuat pembiayaan jadi sangat tinggi.

dion said...

Mas darmawan... Tolong dipahami, indonesia untuk pengadaan alusista dalam hal pembelian fokus pada 3 negara yaitu rusia, cina dan korea. Dari tiga negara tersebut, hanya rusia yang paling besar porsi pembelian.

NAh untuk negara lain nya korea dan cina lebih besar porsinya dengan kerjasa ma produksi bersama. bukan pembelian.

Untuk turki, delanda dan lainnya, semuanya bukanlah pembelian murni mas.Coba dibaca lagi, produksi dengan turki adalah produksi bersama, jadi indonesia bisa membuat alusista sendiri termasuk suku cadangan. Kenapa anda perlu kawatir Indonesia beli alusist serampangan? Indonesia membeli ke banyak negara adalah untuk transfer teknologi / produksi bersama sehingga kelak industri ertahanan Indonesia maju. Jadi sangat salah jika anda beranggapan Pembelian suku cadang serampangan dan takut masalah pembelian alusista, karena rencananya indonesia membuat bersama - sama negara turki, bukan MEMBELINYA...