Friday, October 15, 2010

Panglima TNI : Kita Jaga yang Penting-penting Dulu


Panglima TNI yang baru, Laksamana TNI Agus Suhartono (kanan).

Wawancara Majalah Tempo dengan Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono

JAKARTA - Anggaran yang minim dengan personel yang gemuk merupakan masalah yang harus dihadapi Laksamana Agus Suhartono, yang baru saja ditunjuk menjadi Panglima Tentara Nasional Indonesia menggantikan Jenderal Djoko Santoso. Tak aneh bila Agus ingin memodernisasi jumlah personel dan alutsista.

Kamis pekan lalu, Agus dengan tangkas menjawab pertanyaan Tempo di rumah dinas Kepala Staf Angkatan Laut di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, yang masih ditempatinya. Sesekali Agus menyelipkan humor dan canda saat menjawab pertanyaan. Berikut beberapa kutipan pertanyaannya :

----------------------------------

Anggaran alutsista diperbesar Presiden. Apa prioritas penggunaannya?


Dalam pembangunan kekuatan pokok minimal, kita membuat perencanaan kebutuhan. Butuh kapal sekian dan sebagainya. Perencanaan itu kita buat per lima tahun. Kalau tadinya direncanakan 15 tahun, ada tambahan anggaran, bisa diperpendek 10 atau 5 tahun. Jadi daftar belanja sudah ada, tinggal prioritas yang kita dahulukan. Ini mudah.

Apa prioritas untuk laut?

TNI sudah membuat perencanaan trimatra terpadu, sesuai dengan strategi pertahanan kita, dihadapkan pada kondisi geografis sekarang. Laut, udara, darat, semua prioritas, tapi dalam penyusunan kekuatan pokok minimal, kondisi itu diperhitungkan. Strategi pertahanan kita, sedapat mungkin pencegahan di Zona Ekonomi Eksklusif. Kalau tak mampu antara teritorial dan ZEE, tak mampu lagi di perairan dalam. Percuma lautnya kuat jika tak dilindungi udara. Musuh di luar kan masuk dari laut, jadi diantisipasi oleh angkatan laut dan udara dulu.

Ada prioritas rencana menghidupkan industri pertahanan dalam negeri?


Tadi pagi kami membuat kebijakan. Pertama, alutsista yang mampu diproduksi dalam negeri harus dibeli di dalam negeri. Kalau belum mampu, transfer teknologi. Seperti pembangunan korvet nasional itu di PT PAL Surabaya, meski joint production dengan Belanda. Harapannya, transfer teknologi berjalan, nanti kita bisa membangun itu, manajemennya juga bisa dilakukan.

Juga kapal selam?

Semua pasti bisa. Yang perlu diperhatikan bagian-bagian penting dalam pembuatan kapal. Kapal selam itu yang penting badan depannya memerlukan teknologi tinggi dan perlu investasi yang besar. Untuk pembangunan di Indonesia, dilakukan dengan joint production. Sebagian dibangun di luar, tapi nanti dirakit di Indonesia.

Sudah mendapat pasokan baja yang pas?

Untuk membuat kapal, kita butuh grade A. Krakatau Steel tidak memproduksi itu karena pasar tidak butuh itu. Kalau kita perlu, dia bisa buat. Dalam pembuatan kapal itu, seperti kapal cepat berpeluru kendali di Batam, bajanya kita pesan ke Krakatau Steel.

Untuk kapal selam, joint production-nya dengan negara mana?

Sekarang masih proses tender. Ada beberapa negara yang melakukan penawaran. Kita tunggu saja.

Selengkapnya.....

No comments: