Friday, August 07, 2009

Sukhoi Tetap Berpatroli di Ambalat


Sukhoi-27SK TNI AU

LOMBOK - Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Soebandrio mengatakan, pesawat tempur jenis Sukhoi tetap dioperasionalkan untuk memantau perkembangan di blok Ambalat.

"Patroli rutin terus dilakukan dan pesawat tempur Shukoi selalu disiagakan di Makassar," kata Subandrio usai menghadiri puncak peringatan Hari Bhakti ke-62 TNI AU yang digelar Detasemen Rambang, di Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (6/8).

Subandrio mengaku tidak akan terburu-buru untuk menerapkan kebijakan tegas ketika menyikapi konflik antara Indonesia dan Malaysia dalam memperebutkan blok Ambalat dan East Ambalat di Laut Sulawesi.

"Belum ada seperti itu, masalah Ambalat itu ranah politik, cukup patroli rutin Sukhoi yang ada di Makassar, karena dengan mudah digerakkan ke sana," ujarnya ketika ditanya kemungkinan TNI AU akan menempuh kebijakan tegas jika kapal perang Malaysia terus melakukan aksi provokasi di sekitar blok Ambalat.

Pesawat-pesawat tempur Sukhoi buatan Rusia itu disiagakan di Markas TNI AU di Skuadron Udara 11 Pangkalan Udara (Lanud) Hasanuddin Makassar.

Kini, empat dari 16 pesawat tempur Sukhoi yang direncanakan, terdiri dari dua jenis SU-27 (satu awak) dan dua SU-30 (dua awak) telah dilengkapi persenjataan canggih yang dibeli dari Rusia tahun 2003 seperti peralatan bombing (pembom), roket dan stroffing (peluru tajam).

Seperti diketahui, konflik di Ambalat ini terjadi menyusul klaim Malaysia atas wilayah itu.

Malaysia melalui perusahaan migasnya, Petronas, bahkan pada 16 Februari lalu telah memberikan konsesi blok kaya migas itu kepada The Royal Dutch/Shell Group (perusahaan patungan Inggris-Belanda).

Berdasarkan data Ditjen Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, kawasan Ambalat itu mempunyai kandungan minyak yang sangat besar, diperkirakan mencapai 700 juta hingga satu miliar barel, sementara kandungan gasnya diperkirakan lebih dari 40 triliun kaki kubik (TCF).

Klaim pihak Malaysia itu tentu ditolak mentah-mentah oleh Pemerintah Indonesia yang merasa lebih dulu menguasai wilayah itu, apalagi sebelumnya Indonesia juga telah memberikan konsesi pengelolaan migas blok Ambalat kepada perusahaan Italia, ENI, serta Blok East Ambalat bagi perusahaan Amerika Serikat (AS), Unocal.

Berbagai kalangan mengkhawatirkan konflik itu makin meruncing karena kedua belah pihak kini telah mengerahkan kekuatan angkatan bersenjatanya di kawasan sengketa.

Sumber : ANTARA

No comments: