Pengembangan Kapal Patroli Cepat Rudal
KRI Layang-805 saat meluncurkan rudal C-802
Sebagaimana telah diberitakan sebelumnya oleh beberapa media massa, bahwa KSAL Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno akan mempercepat pengajuan pembuatan kapal jenis Perusak Kawal Rudal (PKR), sesuai rencana strategis (renstra) TNI AL 2004-2009.
Beralasan memang ditengah kebutuhan mendesak akan armada kapal perang untuk meregenerasi kapal yang sudah ada. Sementara spesifikasi teknik dan negara yang mungkin menjadi produsen, pemasok, sekaligus mitra bagi industri strategis dalam negeri telah dipilih untuk mendukung proyek ini. Ditangan Dephan keputusan akhir ditentukan.
Beberapa waktu lalu KSAL juga melakukan lawatan kenegara Eropa Timur guna menjajaki kemungkinan pengadaan persenjataan terutama rudal yang akan diaplikasi di seluruh kapal perusak kawal rudal ini.
Mengutip pernyataan Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI AL, Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul. "Kajian PKR paling lambat akhir 2008 sudah bisa diselesaikan Tim Mabes TNI AL. Harapan yang mudah-mudahan bukan lagi impian untuk mewujudkan Green Water Navy.
Namun bukan PKR yg akan kita bahas kali ini, fokus tulisan ini lebih menitik beratkan bagaimana TNI AL merintis penggantian persenjataan dikapal-kapal patroli pantainya dari hanya senjata mesin ringan berganti dengan rudal kendali.
Kilas Kapal Patroli Cepat
Dapat dikatakan pengembangan kapal Patroli Cepat (PC) PC-36 dan PC-40 merupakan program Dislitbang AL yang sangat mengesankan. Pada tahun 2000 Dislitbang AL menyelesaikan prototype kapal patroli ringan dengan konstruksi lambung berbahan fibreglass dan menerapkan desain kalal berteknologi siluman (Stealth).
KRI Welang-808 salah satu kapal PC-36 TNI AL
Kapal ini memiliki spesifikasi teknis panjang keseluruhan 36 meter, lebar 5,75 meter, sarat air 1,30 meter dan berbobot 90 ton.
Kapal ini digerakkan oleh tiga mesin pokok masing-masing berkekuatan 1100 HP, mampu melaju hingga 31 knot. Dengan kecepatan jelajah 15 knot, kapal ini bisa berlayar hingga lima hari dengan 20 orang ABK.
Bagian haluannya dilengkapi dengan dudukan senjata untuk meriam 20mm. PC-36 diproduksi dalam jumlah massal yang kemudian dikenal dengan kelas Cobra.
Sukses dengan PC-36 pada tahun 2004 Dislitbang AL meneruskan pengembangan PC-40 dengan spesifikasi teknis serupa, hanya berbeda dalam ukuran panjang yakni 40 meter. Selain platform, Dislitbang AL juga sedang menggarap prototype baru untuk sistem operasi tempur (Combat Management System) kapal ini.
Prototype PC-40. Pernah ditampilkan TNI AL pada 2006
TNI AL memproyeksikan PC-40 sebagai kapal kombatan ringan dengan dilengkap rudal permukaan anti kapal jarak pendek atau menengah yang akan dipasang dibagian buritannya.
Kapal Cepat Berpeluru Kendali Rudal
Kisah lain yang lebih menarik adalah mengubah sebuah kapal patroli menjadi kapal tempur ringan berpeluru kendali. Kapal tersebut adalah KRI Layang, satu dari 12 unit Fast Patrol Boat-57 (FPB-57) yang dibangun PT PAL Indonesia.
Ide meningkatkan kemampuan tempur kapal jenis offshore patrol vessel tersebut didasarkan atas kurangnya unsur-unsur striking force TNI AL yang berintikan kapal selam, freegat, korvet dan kapal tempur ringan (kapal cepat torpedo dan kapal cepat rudal).
Kapal tempur jenis terakhir ini sangat cocok untuk beroperasi di perairan sempit antar pulau. Dengan taktik hit and run, fast attck craft mampu menenggelamkan kapal perang berukuran besar.
Pada tahun 1970-an kapal perusak Israel Eliath tenggelam oleh kapal-kapal tempur ringan AL Mesir, demikian juga kapal perusak PNS Khaibar dikaramkan oleh sengatan rudal kapal-kapal tempur ringan AL India.
Saat ini TNI AL hanya memiliki enam kapal tempur ringan yang dibina oleh satuan kapal Patroli Cepat, yaitu empat kapal cepat rudal kelas Keris dan dua kapal cepat torpedo FPB-57 kelas Ajax.
KRI Anaconda dan KRI Viper
Upgrading alutsista ini merupakan program baru bagi TNI AL. Setelah melakui kajian kelayakan oleh jajaran Litbang Angkatan Laut bekerjasama dengan China Propulsion sejak tahun 2000 serta ketersediaan anggaran pembelian rudal C-802 buatan China yang disebut-sebut memiliki kemampuan setara dengan Exocet, Memantapkan pilhan TNI AL untuk mengaplikasi rudal ini di kapal perangnya.
KRI Layang (805) mendapat giliran perdana untuk penerapan program ini. Sepasang rudal yang sudah terintegrasi dengan pusat informasi tempur kapal siap dioperasikan. Perairan Sangata jadi saksi sukses jerih payah TNI AL dalam meningkatkan kemampuan tempur alutsistanya. Sebuah C-802 meluncur mulus menghantam sasaran atas air berjarak 120 KM.
Kapal patroli yang kemampuan azasinya untuk fungsi-fungsi konstabulari kini menjelma menjadi kapal kombatan kecil yang mampu mengancam kapal perang lawan yang lebih besar. Selain sejumlah kapal FPB-57, TNI AL juga merencanakan mempersenjatai kapal patroli PC-40nya (kelas Viper) hasil rekayasa Dislitbang AL dengan rudal yang sama atau rudal permukaan anti kapal yang berukuran lebih ringan sejenis C-702.
@lutsista. Dikutip dari Cakrawala dan beberapa sumber.
Specaial thanks buat bro Flogger
No comments:
Post a Comment