Program Pengembangan Roket dan Satelit Terancam Berhenti
JAKARTA, KOMPAS - Realisasi Daftar Isian Perencanaan Anggaran tahun ini yang menurun dibandingkan dengan tahun lalu menyebabkan hampir semua program riset antariksa yang direncanakan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional tahun ini tertunda pelaksanaannya.
Kegiatan penelitian dan pengembangan yang terancam batal dan tertunda, jelas Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Adi Sadewo Salatun, Minggu (13/1), meliputi pembuatan dan pengorbitan roket berdiameter 420 mm, pembuatan satelit mikro untuk orbit ekuatorial, peningkatan daya roket ionosfer dan atmosfer di Pamengpeuk, pembuatan prototipe sistem pencitra satelit observasi, dan pembuatan sistem kendali jarak jauh roket.
Adi menjelaskan, untuk melakukan semua kegiatan tersebut, tahun ini pihak Lapan mengajukan anggaran riset sebesar Rp 300 miliar. Akan tetapi, yang terealisasi ternyata jumlahnya sama dengan anggaran tahun 2007, yaitu sekitar Rp 200 miliar, bahkan berkurang 15 persen sesuai kebijakan pemerintah yang memotong seluruh anggaran DIPA untuk departemen dan instansi pemerintah.
Roket RX-300, rencananya tahun ini hanya roket jenis ini saja yang bakal diujicoba.
Akibatnya, sasaran program pembuatan bahan bakar roket atau propelan, yaitu aluminium perklorat, sebanyak 5 ton tidak tercapai, tetapi hanya 1 ton.
Propelan seberat itu ditujukan untuk mendukung rencana peluncuran roket berdiameter 420 mm tahun ini. Akibat lanjutan dari situasi tersebut, peluncuran Rx420 pun batal. Tahun ini Lapan hanya akan meluncurkan Rx320.
Satelit mikro
Tahun ini, Lapan juga merencanakan pembuatan satelit mikro yang akan ditumpangkan pada roket India yang akan diluncurkan sekitar tahun 2009-2010. Namun, dengan dana yang terbatas, pembuatan dan peluncuran satelit itu terancam batal.
Sementara itu, penundaan kegiatan juga bakal dialami dalam pengembangan daya sistem radar pemantau cuaca di atmosfer dan ionosfer yang berada di daerah Pamengpeuk.
"Hal ini disayangkan, karena data dari stasiun radar ini diperlukan untuk mendukung Badan Meteorologi dan Geofisika dalam memprediksi cuaca," ujar Adi.
Pesawat intai nir-awak UAV-530 yang terancam tertunda pengembangannya.
Program lain adalah peningkatan kemandirian dalam pembuatan sistem penerima dan pengolahan data citra dari satelit generasi ketiga beresolusi 1 meter. Untuk itu Lapan akan melakukan rancang bangun dan rekayasa prototipe imager tersebut. Namun, rencana ini pun batal karena ketiadaan dana memadai untuk pembelian komponen.
Lembaga ini juga tidak dapat mengembangkan pelayanan data lokasi ikan bagi nelayan. Saat ini baru 27 kabupaten yang terlayani. Pembuatan sistem kendali pada roket UAV530 yang nantinya bermanfaat untuk pemantauan dari udara pun tertunda. (YUN)
Sumber: Kompas
Artikel terkait :
Development of an Indonesian Micro Satellite
No comments:
Post a Comment