Industri Pertahanan : Setelah Panser, Menyusul Korvet dan MPA? (Bagian II)
Masalah Dana
Dalam berita disebutkan, pembiayaan untuk 150 panser akan diambil dari APBN 2009-2010. Untuk produksinya, Pindad akan ditalangi Bank BNI, Bank Mandiri dan BRI dengan jaminan Departemen Keuangan.
Skema ini sama dengan skema pembiayaan melalui kredit ekspor yang diterapkan untuk pengadaan persenjataan selama ini.
Memang satu hal yang diharapkan oleh industri strategis Indonesia adalah regulasi pemerintah untuk skema pinjaman domestik yang dibutuhkan untuk membiayai produksi pesanan.
Pihak industri berharap pendanaan bisa diperoleh tahun depan, walaupun Departemen Pertahanan mengharapkannya akhir tahun ini, ujar Direktur Utama PT DI Budi Santoso.
Bagi PT DI, skema pendanaan domestik akan memberi peluang untuk pembelian pesawat patroli maritim yang diuraikan di atas. Draf untuk pinjaman domestik ini dikabarkan tengah digodok oleh Departemen Keuangan, yang bila siap nanti bisa dimanfaatkan untuk mengatur pinjaman bagi pembelian senjata (Jakarta Post, 10/12).
Melangkah maju
Kunjungan Wapres ke Bandung memberi sinyal positif bagi kemajuan industri pertahanan dalam negeri. Diharapkan pesanan panser juga dapat diikuti dengan pesanan lain, sejauh anggarannya memang memungkinkan.
Pesawat patroli memang merupakan pesanan yang amat ditunggu karena selain sudah ada kemampuan untuk membuatnya, produk itu sendiri amat dibutuhkan bila Indonesia ingin mengamankan secara lebih baik sumber daya alam kelautannya, yang selama ini masih leluasa dirayah oleh kapal asing.
Kerugian akibat aktivitas ilegal ini sempat dinilai berskala miliaran dollar setiap tahunnya. Kalau itu bisa diamankan dan dimanfaatkan oleh nelayan Indonesia, bukankah hasilnya bisa untuk membeli pesawat patroli maritim dalam jumlah memadai?
Seiring dengan pesawat patroli maritim, muncul pula wacana tentang korvet nasional. Memang kemarin sudah ada pembelian 4 korvet SIGMA dari Belanda. Akan tetapi, hasrat membuat korvet nasional rupanya tetap hidup dan dengan alasan yang masuk akal pula, yakni kebutuhan yang masih belum terpenuhi untuk pengamanan perairan Indonesia.
Seperti telah disinggung di atas, perusahaan Italia, Orrizonte Sistem Navali, yang akan bermitra dengan PT PAL untuk membuat korvet dikabarkan akan menyumbangkan pengetahuan, pengalaman, dan alih teknologi dalam pelaksanaan proyek ini.
Selain PT PAL, perusahaan elektronik di Bandung (PT LEN) juga akan dilibatkan. Hak cipta atas desain bersama ini akan
menjadi milik PAL. Rencana diperkuat dengan kunjungan Wakil Menteri Pertahanan Italia Giovanni Lorenzo Forcieri pekan silam.
Meskipun sudah ada cukup detail diwacanakan dalam media, seperti dijelaskan oleh mantan Dirut PAL Adwin Suryohadiprodjo Kamis (13/12) kemarin, realisasi proyek korvet nasional ini masih menunggu kejelasan penganggarannya.
Dengan uraian di atas, tampak bahwa meski ada yang membesarkan hati dalam perkembangan industri pertahanan dalam negeri, tetapi di sana juga masih ada sejumlah kendala yang perlu dipecahkan, terutama skema pendanaan.
Diharapkan dengan adanya pesanan panser dan juga retrofit Hercules, dan siapa tahu tidak lama lagi pesawat patroli maritim, pola skema pendanaan sudah akan lebih jelas lagi.
Selesai
No comments:
Post a Comment